JAKARTA (IndoTelko) - PT First Media Tbk (KBLV) menderita kerugian sebesar Rp 1,028 triliun hingga kuartal ketiga 2015 berbanding terbalik dengan periode sama tahun lalu yang masih untung Rp 216,648 miliar.
Dikutip dari keterbukaan informasi ke Bursa Efek Indonesia (BEI), First Media hanya meraih pendapatan Rp 739,4 miliar hingga kuartal ketiga 2015 anjlok 58% dibandingkan periode sama tahun lalu sebesar Rp 1,8 triliun.
Perseroan juga mengalami rugi usaha di sembilan bulan pertama 2015 mencapai Rp 1,337 triliun berbanding terbalik dengan periode sama tahun lalu yang mengalami laba usaha Rp 459,4 miliar.
Pasokan pendapatan First Media di sembilan bulan pertama 2015 berasal dari jasa langganan internet sebesar Rp 443,6 miliar, perangkat komunikasi Rp 129,3 miliar, bioskop Rp 110,82 miliar, dan lainnya.
First media bermain bioskop melalui PT Cinemaxx Global Pasifik dengan kepemilikan saham sekitar 51,02%. Sedangkan untuk TV berlangganan melalui PT First media Television dimana kepemilikan mencapai 49%.
First Media juga memiliki saham di Internux (48,47%) dan Mitra Media Mantap (69%) yang dikenal dengan merek dagang Bolt di 4G LTE. Perseroan pada 30 Oktober 2015 mengalihkan tagihan Network Support Management yang dibuat dengan Internux pada 2013 lalu ke Mitra Media Mantap senilai Rp 217,66 miliar.
Andalan lain dari First Media di bisnis internet adalah PT LInk Net Tbk (LINK). Perusahaan telah menjual sebagian kepemilikan sahamnya di Link Net dan hingga kuartal ketiga 2015 tersisa 33,82%. Untuk sembilan bulan yang berakhir 30 September 2015, First Media telah mencatat bagian laba dari Link Net sebesar Rp155,930 miliar.
Target Link Net
Sebelumnya, CEO Link Net Richard Kartawijaya memprediksi bisa mencapai sejuta pelanggan dengan 1,6 juta home passed di akhir 2015 ini.
Link Net selama ini mengincar segmen pasar rumah tangga dan korporasi dengan daerah operasional di kota besar seperti Jabodetabek, Bandung, Surabaya, dan Bali. (
Baca juga: Kinerja Link Net di Q3-15)
Dikatakannya, Link Net mengandalkan infrastruktur kabel serat optik dan tembaga mencapai 19.000 kilometer di sekitar Pulau Jawa dan Bali untuk menggelar Fixed Broadband.
Di tahun 2016, prediksinya pelanggan bisa tumbuh sekitar 200 ribu dengan mengandalkan layanan Internet serta televisi berbayar. Link Net pada tahun ini menggelontorkan belanja modal sebesar Rp 1 triliun yang dimanfaatkan untuk membeli konten sampai infrastruktur, termasuk pembangunan kabel serat optik.(id)