telkomsel halo

Tower Bersama raih laba Rp 947,12 miliar hingga Q3-16

09:54:51 | 01 Dec 2016
Tower Bersama raih laba Rp 947,12 miliar hingga Q3-16
Manajemen Tower Bersama (dok)
JAKARTA (IndoTelko) – PT Tower Bersama Infrastructure Tbk (TBIG) berhasil meraih laba sebesar Rp 947,12 miliar hingga kuartal ketiga 2016 atau naik 37,1% dibandingkan periode sama tahun lalu sebesar Rp 690,37 miliar.

Dikutip dari laporan keuangan ke Bursa Efek Indonesia (BEI), emiten menara ini berhasil meraih pendapatan sebesar Rp 2,75 triliun hingga Sembilan bulan pertama 2016 atau naik 8,26%.   

Earning Before Interest Tax Depreciation Amortization (EBITDA) hingga kuartal ketiga 2016 sebesar Rp2,397 triliun.

Per 30 September 2016, perseroan memiliki 21.562 penyewaan dan 13.463 site telekomunikasi. Site telekomunikasi milik Perseroan terdiri dari 12.467 menara telekomunikasi, 925 shelter-only dan 71 jaringan DAS. Dengan angka total penyewaan pada menara telekomunikasi sebanyak 20.566, maka rasio kolokasi (tenancy ratio) Perseroan menjadi 1,65.

"Selama sembilan bulan pertama tahun ini, kami bertumbuh sebanyak 1.137 site dan 1.837 penyewaan untuk portofolio kami. Tahun ini, kami telah menyampaikan tiga kuartal berturut-turut pertumbuhan organik yang konsisten dan kuat, mencerminkan peningkatan pengeluaran oleh pelanggan operator kami untuk penyebaran jaringan 3G / 4G di seluruh Indonesia,” kata CEO Tower Bersama Hardi Wijaya Liong dalam keterangan tertulisnya, kemarin.

Per 30 September 2016, total pinjaman (debt) Perseroan, jika pinjaman dalam mata uang  Dollar AS yang telah dilindung nilai diukur dengan menggunakan kurs lindung nilainya, adalah sebesar Rp16.819 triliun dan total pinjaman senior (gross senior debt) sebesar Rp8.971 triliun.

Dengan saldo kas yang mencapai Rp405 miliar, maka total pinjaman bersih (net debt) menjadi Rp16.414 triliun dan total pinjaman senior bersih (net senior debt) Perseroan menjadi Rp8.566 triliun.

Menggunakan EBITDA triwulan ketiga 2016 yang disetahunkan, maka rasio pinjaman senior bersih terhadap EBITDA adalah 2,6x dan total pinjaman bersih terhadap EBITDA adalah 5,0x.

"Meskipun kami terus membangun menara dan meningkatkan penyewaan kami, leverage kami tetap stabil pada 5.0x. Hal ini masih di bawah batas perjanjian obligasi kami untuk tidak lebih dari 6.25x untuk total pinjaman (pinjaman yang diukur dengan kurs lindung nilainya) terhadap EBITDA kuartal terakhir yang disetahunkan,” kata CFO Tower Bersama Helmy Yusman Santoso.

Ditegaskannya,fluktuasi dalam Rupiah pada saat ini belum memiliki dampak negatif terhadap bisnis atau keuangan perseroan. “Kami telah taat pada strategi konservatif di mana semua pinjaman kami telah memiliki lindung nilai setara dengan umur pinjaman tersebut di mana lindung nilai kami sesuai dengan jatuh tempo pinjaman dan semua lindung nilai kami tetap efektif,” katanya.

Hardi menambahkan, pada Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa (RUPSLB) bulan lalu, para pemegang saham menyetujui penarikan kembali saham treasuri  sebesar 265.126.310 saham (5,53% dari jumlah modal ditempatkan dan disetor penuh) per 30 September 2016.

Perseroan  juga memperbaharui persetujuan pembelian kembali saham perseroan dan akan tetap melakukan pembelian kembali saham karena run-rate EV/EBITDA multiple pada saat ini berada di bawah dari kisaran target.

Berdasarkan EBITDA triwulan ketiga 2016 yang disetahunkan (run-rate EBITDA), dan saldo total pinjaman bersih (net debt) kuartal ketiga 2016 (dengan memperhitungkan kontrak lindung nilai) dan kapitalisasi pasar (market capitalization) yang telah disesuaikan dengan jumlah saham treasuri yang dimiliki per 30 September 2016), maka run-rate EV/EBITDA adalah sebesar ~12,6x berdasarkan harga saham Rp 5.500.

GCG BUMN
“Selain pembelian kembali saham, visibilitas arus kas kami memungkinkan kami untuk terus membayar dividen secara regular,” tutupnya.(wn)

Artikel Terkait
Rekomendasi
Berita Pilihan
More Stories
Data Center Service Provider of the year