telkomsel halo

Ada `Robot` dibalik satu NIK `Dihajar` jutaan nomor?

04:10:04 | 12 Apr 2018
Ada
JAKARTA (IndoTelko) -  Rapat Dengar Pendapat (RDP) Panja Pengamanan Data Pribadi Komisi I dengan Dirjen PPI Kemkominfo yang juga Ketua Badan Regulasi Telekomunikasi Indonesia (BRTI) Ahmad Ramli dan Dirjen Dukcapil Kemendagri, Zudan Arif Fakrulloh, pada Senin (9/4)lalu menyisakan cerita yang seru bagi warganet hingga sekarang.

Isu yang ramai dibahas di media sosial perihal satu Nomor Induk Kependudukan (NIK) bisa digunakan oleh jutaan SIM Card demi memenuhi aturan registrasi prabayar.

Indosat Ooredoo seperti memimpin indikasi “pelanggaran” penyalahgunaan NIK dalam registrasi prabayar. Terlihat untuk satu NIK dengan akhiran 002, anak usaha Ooredoo itu bisa mendaftarakan sekitar 2,21 juta nomor. Seterusnya untuk NIK dengan akhiran 005, ada sekitar 1,84 juta nomor didaftarkan, dan dengan NIK berawalan 362 didaftarkan sekitar 1,501 juta nomor prabayar.

Menyusul di posisi kedua urusan menyalahgunakan NIK adalah Telkomsel dengan memanfaatkan satu NIK berakhiran 001 bisa mendaftarkan sekitar 518 ribu nomor prabayar. Kemudian dengan memanfaatkan NIK berawalan 630 bisa mendaftarkan nomor sebanyak 409 ribu nomor, dan dengan NIK berakhiran 014 bisa mendaftarkan 401 ribu nomor prabayar.

Posisi ketiga dipegang oleh XL Axiata dimana untuk satu NIK berawalan 340 bisa mendaftarkan 319 ribu nomor. Dan untuk satu NIK berawalan 332 dan 330 bisa mendaftarkan masing-masing 310 ribu nomor prabayar. (Baca: Aktivasi Prabayar)

Tri Indonesia dan Smartfren juga melakukan praktik menyimpang ini, namun angka pelanggaran untuk satu NIK hanya dibawah 100 ribu nomor prabayar. (Baca: Penyalahgunaan NIK)

Ada

Anggota Komisi I DPR Evita Nursanty mempertanyakan bagaimana mungkin 1 NIK bisa buat 2 juta nomor. "Kan di software bisa dibangun ketika melebihi batas sudah ga bisa (verifikasi)," tanyanya kala RDP itu.

Anggota Komisi I DPR lainnya Roy Suryo menyakini yang terjadi bukan proses registrasi oleh pelanggan biasa. "1 NIK untuk 2 juta nomor, ini bukan manual tetapi robot agar nomor yang sdh dicetak tidak hangus. Dukcapil mengakui ada perbedaan data yang sdh registrasi antara operator dan mereka, selisih 4 juta lebih, dan penyebabnya ada 1 NIK mendaftar 2 juta nomor, ini pasti bukan manual," duganya.

Ketua Umum Masyarakat Telematika Indonesia (Mastel) Kristiono kala RDP dengan Panja Komisi I menduga hal sama. "Kalau sendiri, manual tidak masuk akal, mungkin mesin," duganya.

Sebelumnya, Pengamat Telekomunikasi Garuda Sugardo mengungkapkan aksi "bakar-bakaran" kartu perdana memang ada di industri seluler demi mengejar pertumbuhan pelanggan yang semu.

Active Recharge Package (ARP) adalah modus penggelembungan (bubble) jumlah pemasaran dengan mengaktifkan paket data terus menerus, tanpa voice dan SMS yang dilakukan dalam "bakar-bakaran" kartu perdana itu. Bila kuota datanya habis, di-top up lagi dan lagi,  sampai ada pelanggan yang membeli. ARP bisa dilakukan tanpa membuka segel dari kartu perdana melalui sebuah sistem.

GCG BUMN
"Operator seakan-akan berhasil menaikan jumlah pelanggan dan revenue, tetapi sebenarnya semu," kata Garuda.(dn)

Ikuti terus perkembangan berita ini dalam topik
Artikel Terkait
Rekomendasi
Berita Pilihan
More Stories
Data Center Service Provider of the year
Financial Analysis
Mitratel tuntaskan akusisi UMT