NUSA DUA (IndoTelko) - PT Telekomunikasi Indonesia International (Telin) ingin menjadi pemain utama di era "cloud economy" yang terus tumbuh.
Telin adalah anak usaha dari PT Telekomunikasi Indonesia Tbk (Telkom) yang diandalkan sebagai sayap bisnis operator itu di pasar internasional.
"Operator memiliki peluang yang besar menjadi pemain penting di era "cloud economy". Saat ini cloud telah menjadi pemicu utama konsumsi layanan data. Operator tengah melakukan transformasi dari sekadar pembawa trafik menjadi digital enabler di era cloud economy," papar Chief Commercial Officer Telin, Budi Satria Dharma Purba kala memberikan paparan di ajang Bali Annual Telkom International Conference (BATIC) 2019, kemarin.
Menurutnya, di era "cloud economy" banyak perusahaan dan pemain digital mengharapkan layanan dari operator yang memiliki jaringan global, aman, dan luwes dalam memenuhi kebutuhan pelanggannya.
Untuk memenuhi harapan dari pelanggan tersebut, operator harus melakukan transformasi di lima hal yang strategis yakni fokus di edge computing, mengembangkan Software defined networking (SDN), mengembangkan layanan tak hanya fokus pada storage dan konektifitas, serta meningkatkan keamanan jaringan.
Telin memiliki lima senjata untuk bisa merasakan euforia dari era "cloud economy" dengan meningkatkan layanan dari konektifitas, data center, managed networks, platform, dan solusi.
Untuk jaringan agar menyediakan konektifitas global, Telin didukung Sistem Komunikasi Kabel Laut (SKKL) dengan panjang 204.010 Km, satelit, 11 kantor global di 33 negara, dan 72 point of presence di seluruh dunia. (
Baca:
Kabel Telkom)
Selain itu juga ada fasilitas data center dengan merek dagang Neutral Cloud and Internet Exchange (neuCentrIX). Rinciannya lima merupakan global data center, tiga di Singapura, satu di Hong Kong dan Timor Leste. Sementara di domestik ada di 13 lokasi dengan kapasitas 989 rak. (
Baca: Neucentrix)
"Saat ini tak hanya Telin (TelkomGroup) yang lakukan transformasi. Semua operator lakukan hal yang sama, dan semua pemain juga harus saling kolaborasi di era cloud economy jika ingin kompetitif. Soalnya kita punya tantangan di interperobiltas platform dan memberikan waktu komersial yang cepat ke pelanggan. Semua ini bisa diatasi dengan kolaborasi dari semua pemain agar keinginan dari pelaku usaha digital akan proses dan eksekusi yang luwes dan cepat untuk mendukung layanannya terwujud," pungkasnya.(dn)