JAKARTA (IndoTelko) - Manfaat pembangunan infrastruktur jaringan 5G tidak hanya melulu mengenai kecepatan internet. Internet cepat diperlukan untuk menciptakan nilai tambah bagi ekosistem penggunanya. Nilai tambah ini bisa berupa pendongkrak laju roda perekonomian secara luas, perkembangan bisnis hingga kehidupan sosial budaya masyarakat.
Melihat besarnya potensi dan nilai tambah dari penerapan 5G di Indonesia, Pemerintah Indonesia melalui Kementerian Komunikasi dan Informatika telah menyiapkan strategi kolaboratif bersama pemain di industri serta insentif untuk implementasi teknologi jaringan telekomunikasi 5G di Indonesia. Menkominfo Budi Arie Setiadi mengatakan hal itu sebagai langkah strategis agar jaringan 5G dapat dioptimalkan untuk peningkatan kecepatan internet di Indonesia yang lebih baik, selaras dengan misi pemerintah untuk menempatkan Indonesia di peringkat ke-10 di jajaran negara-negara dengan penyelenggaraan jaringan 5G terbaik.
Selaras dengan komitmen dari seluruh pemangku kepentingan, jaringan 5G harus mampu mengangkat derajat hidup digital masyarakat untuk menyambut era 5.0. Berlandaskan pemikiran inilah, Huawei mendukung Telkomsel mempersenjatai Solo Technopark (STP) dengan infrastruktur jaringan 5G. Huawei menempatkan Digital Indoor System (DIS) yang mengakomodasi koneksi internet pada frekuensi pita middle berkapasitas besar. Perangkat ini memberi kesempatan kepada para penghuni maupun pengunjung STP beraktivitas menggunakan internet berkecepatan tinggi hingga 1,9Gbps, yang pada titik puncaknya sehingga mampu mencapai 10 kali lebih cepat dari jaringan 4G.
STP menjadi etalase promosi sekaligus edukasi bagi seluruh lapisan masyarakat terhadap manfaat jaringan 5G. Dengan takaran user experience yang tepat, publik lebih mudah menyerap dan mencerna kemajuan teknologi 5G, sekaligus membuka pintu imajinasi mereka terkait cara pengamalan jaringan 5G yang tepat guna meningkatkan kualitas kehidupan sosial masyarakat.
5G membawa revolusi di beragam industri melalui besarnya potensi use-case yang menyertainya. Sebagai contoh, 5G memungkinkan pengawasan pasien secara remote menggunakan live streaming dengan kualitas video 4K yang jernih dan tanpa gangguan. Kemudian, 5G membantu lembaga penyiaran menampilkan video berkualitas tinggi untuk memuaskan dahaga visual para penontonnya yang dapat diakses tanpa batasan tempat dan waktu. 5G juga menciptakan peluang bagi pelaku industri pariwisata memanfaatkan solusi teknologi cerdas berbasis teknologi virtual reality (VR) maupun augmented reality (AR).
Teknologi canggih ini memberikan wawasan untuk mendukung pengalaman berwisata yang terbaik bagi turis Indonesia maupun mancanegara, termasuk sebagai sarana untuk mempromosikan produk dan layanan lokal. Pada akhirnya, kehadiran teknologi maju dapat membantu pemerintah mewujudkan konsep pariwisata yang berkelanjutan di Tanah Air.
Pada sektor transportasi, jaringan 5G mempunyai manfaat yang besar, seperti memungkinkan pengendalian mobil autonomous atau self-driving vehicle dengan lebih baik, dengan kecepatan reaksi yang mencapai 250 kali, serta membantu operator kereta cepat, seperti KA Cepat Whoosh yang merupakan kereta cepat pertama di Asia Tenggara, dalam mengelola traffic dan kontrol perjalanan kereta.
Kinerja Operator Terangkat
Komersialisasi jaringan 5G juga menciptakan banyak manfaat bagi operator telekomunikasi, mulai dari peningkatan kualitas layanan, efisiensi operasional, hingga menjadi sumber pundi-pundi baru bagi perusahaan. Kerja sama Huawei dengan operator seluler terkemuka di Thailand, AIS dapat menjadi rujukan terkait manfaat bisnis tersebut.
AIS dan Huawei baru-baru ini berhasil menyelesaikan uji komersial 5G RedCap pertama di Thailand. Lokasi uji komersial dilakukan di Bangkok. Pengujian ini dilakukan pada kedua pita frekuensi jaringan komersial yakni 700MHz dan 2600MHz, menggunakan terminal komersial terdiversifikasi RedCap, termasuk DTU (Data Transfer Units/ Unit Transfer Data) dan kamera.
Dalam pengujian, kapabilitas komprehensif dari 5G RedCap, yang mencakup throughput puncak downlink dan uplink, kinerja mobilitas, serta koeksistensi peralatan pengguna (User Equipments atau UE) RedCap dan eMBB, berhasil diverifikasi. Hasilnya, baik jaringan 5G serta terminal RedCap AIS memenuhi ekspektasi, dan ini akan menjadi tonggak penting dalam komersialisasi RedCap.
5G RedCap merupakan teknologi terbaru yang tercakup dalam Rilis 17 dari 3GPP. Teknologi ini dirancang untuk aplikasi IoT berkecepatan sedang hingga tinggi, seperti sensor untuk industri, perangkat pintar yang dapat dikenakan (smart wearables), hingga perangkat pemantauan melalui video (video surveillance).
Dengan menyederhanakan unit baseband, RF, dan antena, RedCap dapat menekan biaya dan pemakaian energi sehingga lebih rendah dari 5G eMBB. Jika dibandingkan dengan UE 4G CAT4, RedCap mewarisi kapabilitas bawaan untuk 5G, seperti kapasitas tinggi dan latensi lebih rendah. Selain itu, RedCap mendukung kapabilitas utama yang digunakan dalam bisnis, seperti slicing dan positioning.
Menurut Head of Nationwide Operations and Support Business Unit di AIS, Wasit Wattanasap, selain mengembangkan layanan guna menghadirkan kualitas maksimal, inovasi mutakhir juga menjadi tulang punggung pihaknya dalam meningkatkan teknologi 5G, sebagai bagian dari komitmen perusahaannya untuk mendukung pertumbuhan ekonomi digital berkelanjutan di masa depan. "Inilah yang menjadi faktor utama yang melandasi terbangunnya kolaborasi kami dengan mitra global seperti Huawei, guna meningkatkan jaringan 5G Thailand menjadi infrastruktur digital kelas dunia, selaras dengan visi transformasi menuju Cognitive Tech-Co,' ujarnya.
Implementasi 5G RedCap telah menciptakan perkembangan positif bagi bisnis AIS. Beberapa indikator penting yang menjadi barometer operasi bisnis operator menunjukkan peningkatan. Implementasi 5G RedCap mampu memberikan kecepatan internet yang dapat diakses oleh user mencapai lebih dari 1Gbps, rata-rata penggunaan mobile broadband (MBB) meningkat hingga tujuh kali dari 22Mbps menjadi 143Mbps, dan rata-rata penggunaan data per user (DOU) meningkat dari 15GB menjadi 40GB.
Sementara, data revenue dari jaringan 5G meningkat 30% dari USD 13 menjadi USD 17 per user. Sementara, pelanggan dapat menikmati jaringan 5G dengan biaya yang terjangkau, karena harga kuota internet per GB dapat dipangkas dari USD 0,86 per GB to 0,43 per GB. Dari pos bisnis baru yakni dukungan untuk VR, AR, video kualitas tinggi, serta cloud gaming, komersialisasi 5G mampu meningkatkan average revenue per user (ARPU) AIS antara 10-15% per tahun.
Selama 40 tahun terakhir, terobosan teknologi telah menjadi bahan bakar bagi roda perekonomian global. Implementasi 5G dapat menjadi katalisator pertumbuhan ekonomi di era digital yang lebih berkualitas dan inklusif. Sebagai gambaran, lembaga riset Facts & Factors memprediksi nilai pasar infrastruktur 5G global bakal melonjak tajam dari USD 9,2 miliar pada 2022 menjadi USD 95,89 miliar pada akhir 2030, dengan tingkat CAGR mendekati 35% di periode waktu tersebut.
Sementara, Senior Vice President Corporate dan President ICT Strategy & Marketing Huawei, Peng Song mengatakan, keberhasilan Indonesia di bidang 4G dan pencapaian operator global yang memelopori 5G telah meletakkan landasan yang kuat bagi perkembangan 5G di Indonesia. Inovasi dan kolaborasi antara penyedia TIK seperti Huawei dengan Telkomsel sebagai mitra strategis, dapat menjadi rujukan untuk menginkubasi lebih banyak aplikasi 5G dan mendukung percepatan transformasi digital di Indonesia. (mas)