Erik Meijer (DOK)
Kabar yang beredar awalnya dari obrolan warung kopi di awal April ini menjadi kenyataan. Erik Meijer akhirnya mendarat mulus di PT Garuda Indonesia Tbk (GIAA) dan melepas jabatannya di Indosat sebagai Direktur & Chief Commercial Officer di Indosat.
Nyaris semua peserta Rapat Umum Pemegang Saham Tahunan (RUPST) Garuda Indonesia pada Jumaat (26/4) setuju mengangkat Pria yang akrab disapa EM ini menggantikan Elisa Lumbantoruan.
Posisi Elisa sebelumnya adalah Direktur Pemasaran. Namun, dalam RUPST untuk jajaran direksi di Garuda dalam nomenklatur baru disebut hanya direktur.
EM sendiri telah memberikan sinyal untuk menerima jabatan baru tersebut dan tinggal menyelesaikan masalah prosedur saja sebelum resmi berkantor di markas maskapai itu, Cengkareng, nantinya.
Banyak kalangan merasa kehilangan EM yang memilih berpindah ke industri penerbangan dari telekomunikasi yang membesarkan namanya selama ini. Tak bisa dipungkiri, EM dan sepak terjangnya sejak di Telkomsel, Bakrie Telecom, hingga Indosat berhasil mewarnai industri telekomunikasi nasional selain CEO XL Axiata, Hasnul Suhaimi.
EM bisa dikatakan sebagai salah seorang peletak dasar komunikasi pemasaran modern di Telkomsel. Produk kartuAS adalah salah satu yang dilahirkan EM dengan kejeniusan ingin menggarap segmen C dan D beberapa tahun silam. Belum lagi cara EM dengan tegas menunjukkan positioning dari prabayar simPATI dan pascabayar Halo kala itu.
Ketika di Bakrie Telecom, EM juga berhasil membuat kompetisi menjadi sengit antara pemain berbasis teknologi GSM dan CDMA. Ditambah dengan keberanian dari Hasnul Suhaimi kala itu memangkas tarif XL, menjadikan perang pemasaran menjadi seru diberitakan kala itu.
Di kalangan wartawan yang biasa meliput industri telekomunikasi, sosok EM dikenal sebagai salah satu media darling. Kemampuannya berbahasa Indonesia dan tak memandang asal media yang mewawancarai menjadikan banyak wartawan semangat menodongkan recorder atau menulis setiap kicauan dari suami artis Maudy Kusnaedi ini.
Kini EM telah menjatuhkan pilihan untuk berpindah industri. Tentu kita tak bisa menghalangi keinginannya untuk maju. Justru seorang pemimpin sejati harus bisa berprestasi kala ditempatkan di mana pun.
Hal yang menarik untuk diikuti nantinya adalah apakah EM akan mampu terbang tinggi di industri penerbangan. Apakah gaya pemasaran yang selama ini dilakukannya di industri telekomunikasi akan manjur di penerbangan?
Harap diingat, bisnis penerbangan identik dengan resiko, tidak hanya keuangan tetapi juga keselamatan. Seorang pemilik maskapai pernah mengibaratkan, bisnis penerbangan ibarat air yang melewati pipa besar dimana arusnya sangat deras sehingga air yang bisa diciduk itu kecil. Singkat kata, bisnis penerbangan padat modal, tetapi margin keuntungan kecil.
Tantangan ini tentu akan menjadi pembuktian dari EM nantinya selama di Garuda. Pasalnya, di segmen Full Services, Badan Usaha Milik Negara (BUMN) ini sekarang mulai mendapatkan pesaing domestik yakni Batik Air yang merupakan bagian dari Grup Lion Air.
Belum lagi jika bicara rute luar negeri dimana Garuda tidak begitu dominan dan tercecer dari Singapore Airlines dan maskapai asing lainnya.
Tantangan lain yang harus bisa ditaklukkan adalah masalah politik dimana tak bisa dilepaskan sebagai bagian dari dinamika BUMN di Indonesia.Bukan rahasia lagi, terkadang aroma politik di BUMN lebih kental sehingga membuat ruang gerak seorang profesional menjadi terbatas.Akankah EM berhasil menaklukkan semua itu? Werk ze (Selamat Bekerja) Erik!
@indotelko.com