Tiga operator lapis satu di Indonesia akhirnya mengumumkan kinerjanya selama 2013 lalu. Ketiga operator itu adalah Telkom, Indosat, dan XL yang menguasai hampir 90% pasar seluler nasional.
Dari ketiganya, hanya Telkom yang menunjukkan
rapor biru. Badan Usaha Milik Negara (BUMN) ini berhasil membukukan pertumbuhan untuk laba bersih 10,5% dan pendapatan 7,5% sepanjang 2013.
Sementara Indosat hanya mengalami pertumbuhan pendapatan 6,4% dengan kondisi
bottom line merugi, sedangkan XL mengalami stagnan di operasional dan keuntungan
turun dobel digit sepanjang 2013.
Jika dilihat, menurunnya kinerja operator tak bisa dilepaskan dari kegagalan mengembalikan tingkat pengembalian investasi terutama di sektor data karena kadung membanting tarif dan lemahnya inovasi produk baru.
Operator seperti masih belum bisa menghilangkan efek gunting dari layanan data dimana trafik melesat tetapi tidka diikuti oleh pertumbuhan pendapatan. Operator masih fokus pada efisiensi biaya produk, padahal jika ingin mendapatkan keunggulan bersaing dengan para pemain Over The Top (OTT) seharusnya mengutamakan kecepatan respon terhadap pasar.
Sepertinya operator harus mulai melupakan persaingan di antaranya dan berfikir untuk melakukan kolaborasi guna menghadapi perubahan lanskap industri.
Persaingan yang keras sesama operator justru memberikan kesempatan bagi OTT kian berkembang, sementara pemilik jaringan mengalami penurunan margin karena perang harga.
Padahal, kolaborasi bukanlah hal yang haram dan tanda menyerah dalam bersaing. Tetapi entah kenapa, aksi ini selalu berat direalisasikan oleh operator di Indonesia.
@IndoTelko