JAKARTA (IndoTelko) – PT Visi Media Asia Tbk (VIVA) selama Semester I 2014 berhasil meraih laba bersih sebesar Rp 84,32 miliar, melonjak 202,5% dibandingkan periode sama tahun 2013.
Selama periode ini, pendapatan VIVA mencapai Rp1,06 triliun, tumbuh 46,7% daripada periode sama 2013 sebesar Rp 721,77 miliar. Adapun EBITDA perseroan naik 52,8% menjadi Rp353,02 miliar.
Direktur Utama Visi Media Asia Anindya N. Bakrie menjelaskan, pertumbuhan bisnis anak perusahaan di sektor televisi melalui tvOne dan ANTV menjadi katalis utama yang menjadikan kinerja VIVA selama Semester I 2014 semakin menguat dan berhasil melanjutkan tren pertumbuhan positif yang telah dicapai sebelumnya.
"Kami bersyukur bahwa meningkatnya rating tvOne sebagai TV berita nomor satu dan masuknya ANTV sebagai media tier satu untuk Free to Air (FTA) TV nasional, juga diikuti oleh peningkatan pendapatan yang signifikan. Dengan fundamental bisnis yang semakin solid, kami optimis target bisnis VIVA di tahun ini dapat terpenuhi," jelasnya.
Anindya menambahkan dengan masih panjangnya tahun politik seperti sekarang yang akan bertahan sampai Oktober, disusul pergantian pemerintahan, pengumuman kabinet baru, kinerja pemerintah dalam 100 hari pertama, dan mulainya Pasar ASEAN, kebutuhan akan berita akan semakin tinggi.
“Sebagai TV berita nomor 1, tvOne akan sangat diuntungkan dengan kondisi tersebut, sehingga rating bisa terus ditingkatkan,” tutur Anindya.
Target
Direktur Keuangan Visi Media Asia, Sahid Mangudie, mengatakan sampai akhir tahun 2014, VIVA menargetkan pendapatan perseroan tumbuh dikisaran 25-30% dibandingkan tahun 2013. Sementara kenaikan laba bersih diproyeksikan sekitar 15-20%.
"Hasil yang telah dicapai sampai Semester I 2014 sungguh luarbiasa dan kami optimis akan mampu mempertahankan tren pertumbuhan ini sampai akhir tahun," jelas Sahid.
Berdasarkan data Nielsen, belanja iklan bruto di Indonesia sepanjang 2013 mengalami pertumbuhan 21,8% setara dengan Rp19,8 triliun. Sedangkan media televisi menikmati pertumbuhan belanja iklan sebesar 27,6%, setara dengan Rp15,8 triliun.
Sementara itu, pada data MPA menunjukkan posisi pendapatan iklan bersih Indonesia hingga akhir 2013 berada di urutan ketiga setelah Tiongkok dan India namun, persentase iklan bersih terhadap GDP nya dibandingkan negara-negara di ASEAN masih di bawah Thailand, Vietnam, dan Malaysia sehingga masih ada ruang untuk mengalami pertumbuhan.
Besarnya potensi belanja iklan di Indonesia tidak terlepas dari besarnya permintaan masyarakat seiring dengan peningkatan pendapatan per kapita masyarakatnya sehingga dapat dimanfaatkan pada perusahaan pengiklan untuk memasarkan berbagai produknya melalui media.
Meski tahun 2014 pertumbuhan ekonomi diperkirakan akan sedikit lebih rendah dari tahun tahun sebelumnya dimana dalam APBN 2014 diproyeksikan berada di level 5,5% dan dalam RAPBN 2015 akan lebih tinggi sedikit di kisaran 5,5%-6%, pertumbuhan tersebut lebih banyak digerakan oleh tingkat konsumsi domestik.
Diperkirakan konsumsi domestik akan tetap kokoh karena ekspektasi pertumbuhan masyarakat kelas menengah (middle income class). Perkiraan adanya pertumbuhan masyarakat kelas menengah tersebut didukung oleh data dari Nielsen, dimana telah dilakukan re-rating terhadap Socio Economic Status (SES) Indonesia. SES yang didasari dari pengeluaran rumah tangga pada pendapatan sekitar Rp1 juta-Rp3 juta, mengalami peningkatan antara Rp250.000 hingga Rp1.000.000 per bulannya.
Fluktuasi saham
Dalam kesempatan ini Anindya kembali menegaskan bahwa fluktuasi yang terjadi pada saham VIVA di Bursa Efek Indonesia beberapa waktu lalu tidak berkaitan dengan kinerja dan prospek bisnis perseroan.
"Sebagai manajemen kami tidak bisa mengontrol pergerakan saham karena hal itu di luar kontrol perusahaan. Namun, kami ingin memastikan bahwa pertumbuhan bisnis VIVA tetap solid dan tumbuh secara positif," tegas Anidya.
Pada penutupan perdagangan Kamis (24/7) harga saham VIVA langsung melesat 9,57% ke level harga Rp 229 per saham. Begitu juga dengan saham PT Intermedia Capital (MDIA) yang menguat Rp50 (2,79%) ke Rp1.845
"Fluktuasi harga saham di bursa sesungguhnya hal yang biasa. Tetapi kami yakin dengan fundamental yang solid dan strategi bisnis yang kuat, investor yang rasional akan melakukan keputusan investasi yang lebih baik," ujar Anindya.
Analis pasar Modal dari Trust Securities Reza Priyambada mengatakan tingkat kesehatan keuangan VIVA di tahun 2013 rata-rata berada pada level yang dinilai baik. Beberapa rasio yang menggambarkan kesehatan kinerja keuangan, terutama bila dikaitkan dengan utang yang dimiliki VIVA masih dapat dikategorikan baik dan tidak sampai dinilai sangat memberatkan operasional VIVA.
“Dengan mengasumsikan VIVA dapat menjaga pertumbuhan kinerja ke depannya dan komitmen dari manajemen yang kuat atas keberlangsungan operasional VIVA ke depannya maka kami menilai manajemen akan dapat menjaga tingkat kesehatan VIVA ke depannya sehingga operasional VIVA dapat berjalan dengan baik,” kata Reza.
Mengenai pergerakan saham VIVA beberapa hari terakhir, lanjut Reza, lebih disebabkan karena maraknya sentimen negatif dan bukan dari sisi fundamentalnya.
Adanya hasil Quick Count Pemilihan Presiden yang dirasa berbeda dari media lainnya membuat persepsi pelaku pasar terhadap VIVA menjadi negatif dimana timbul persepsi bahwa dengan tayangan yang berbeda tersebut akan membuat share penonton berkurang dan turunnya rating hingga potensi berkurangnya pendapatan.
“Padahal tidak demikian kondisinya. Kondisi tersebut hanya momen sesaat. Dengan persepsi dan sentimen negatif tersebut menjadikan kondisi fundamental VIVA dan MDIA yang baik menjadi tidak diperhatikan, sehingga bisa dikatakan bahwa pelemahan harga saham keduanya sama sekali tidak mencerminkan kondisi fundamentalnya,” tutur Reza.
Ditambahkannya, berdasarkan perhitungan yang dilakukan pihaknya terhadap kinerja keuangan dan dengan proyeksi potensi kinerja yang dapat diraih VIVA, maka didapatkan harga wajar saham VIVA pada kisaran Rp 320-408 yang mencerminkan EV/EBITDA sebesar 4,3x – 7,0x.
Menurutnya, diperkirakan dengan adanya pergelaran Piala Dunia yang berhasil diraih VIVA maka untuk periode hingga akhir 2014, VIVA berpotensi meraih pendapatan Rp2,25 triliun, naik 34,5% dengan laba operasional mencapai Rp896,11 miliar, naik 52,71% yang ditopang dengan pendapatan iklan selama penyelenggaraan Piala Dunia dan maraknya berita-berita politik terkait Pemilu Presiden.(id)