Tak terasa bulan suci Ramadan sudah kita jalani beberapa hari. Berbeda dengan tahun-tahun sebelumnya, bulan Ramadan ini tak terasa perang pemasaran antara operator telekomunikasi di media massa.
Jika biasanya operator berlomba melepas paket komunikasi menyambut bulan Ramadan dan aktif di televisi, tahun ini aksi tersebut diambil alih oleh pemain Over The Top (OTT) seperti Google atau perusahaan eCommerce yakni Tokopedia, Bukalapak, dan Elevenia.
Bergantinya dominasi aktifitas pemasaran ini sepertinya menegaskan terjadinya perubahan peta permainan di industri telekomunikasi. Sekarang tidak jamannya lagi era komunikasi tradisional, tetapi sudah digital.
Akses komunikasi seperti data, suara, dan SMS dianggap masyarakat sebagai kebutuhan dasar. Operator pun menanggapi perubahan ini dengan mulai melakukan efisiensi agar sebulan Ramadan tetap berkontribusi sekitar 20% bagi total pendapatan.
Soalnya, operator harus tetap menjaga kualitas layanan agar tak tercecer dalam kompetis. Bicara kualitas layanan, tentu harus ada re-investasi. Kuncinya tentu meningkatkan margin keuntungan dan mengurangi biaya-biaya operasional.
Pilihan meningkatkan pendapatan memang menjadi opsi disukai operator. Namun, berkompetisi dengan OTT menjadikan operator sulit untuk merealisasikannya. Karena itu, wajar operator lebih mengerem nafsu pemasaran selama Ramadan ini.
Nah, bagaimana dengan OTT? Sepertinya momentum Ramadan dijadikan untuk memperbesar Gross Market Value (GMV) bagi pemain eCommerce dan meningkatkan awareness untuk pemain aplikasi.
Bagi OTT, biaya pemasaran sudah dihitung sebagai bagian ekspansi. Apalagi pemain aplikasi tak perlu mengeluarkan belanja modal besar layaknya operator membangun jaringan.
Di tengah masyarakat Indonesia yang sangat sosial alias aktif di dunia digital, hal yang wajar para OTT terus membangun ekosistem dan basis pelanggan. Bulan Ramadan adalah salah satu momentum yang tak bisa dilepas untuk mewujudkan itu. Memang, peta permainan sudah berubah di era Digital Economy ini.
@IndoTelko