telkomsel halo

Mewaspadai Gelombang Ekonomi Broadband

13:16:08 | 22 Nov 2015
Mewaspadai Gelombang Ekonomi Broadband
Ilustrasi (dok)
Ada hal yang menarik pasca KTT Asia-Pacific Economic Cooperation (APEC) yang berlangsung di Manila beberapa waktu lalu.

Isu konektifitas berbasis broadband dianggap hal yang seksi dibicarakan oleh para Chief Executive Officers (CEO) di kawasan Asia Pasifik ketimbang perjanjian perdagangan seperti Trans Pacific Partnership (TPP).

Setidaknya itu terlihat dari survei yang dilakukan Price Waterhouse Coopers (Pwc) terkait perkembangan ekonomi digital di masa mendatang di kawasan Asia Pasifik.

Dalam surveinya,  PwC menyebutkan pada visi 2020, disimpulkan Asia-Pasifik akan semakin modern dan terkoneksi dengan sektor digital. Para CEO di kawasan ini melihat bahwa perubahan di era digital ini untuk meningkatkan produktivitas dan efisiensi, sekaligus mendorong inovasi baru.

Dalam survei PwC disebutkan sharing economy akan sangat berkembang, di mana perusahaan tidak perlu memiliki aset, tapi menyewa, seperti saat ini Uber, Airbnb yang menawarkan penginapan, dan banyak lagi.

Fenomena perkembangan bisnis berbasis online seperti Go-Jek, Grab Bike, Tokopedia, Lazada dan lainnya, menunjukkan bisnis ini juga sudah mulai berpengaruh di Indonesia. Ekonomi digital memiliki karakteristik khusus dimana koneksi berbasis broadband dianggap oleh 28% dari 800 CEO yang disurvei PwC adalah pendorong pertumbuhan bisnis.

PwC mengeluarkan sinyal sedang terjadi transisi di Asia Pasifik dari sebelumnya perdagangan hanya di kawasan menjadi global dengan memanfaatkan teknologi digital di manufaktur dan kian banyaknya kelas menengah. Berdasarkan survei PwC, 68% investasi baru akan dikucurkan di wilayah Asia Pasifik dan 32% persen lainnya ke wilayah lain di dunia.

Posisi Indonesia
Dari hasil survei PwC, sebanyak 52%  dari 800 CEO  menyatakan akan meningkatkan investasinya di Indonesia dalam 12 bulan ke depan. Indonesia hanya kalah tipis dari Tiongkok yang menempati posisi teratas sebanyak 53%.

Sebanyak 38% CEO yang disurvei PwC tersebut mengaku akan mempertahankan nilai investasinya yang sama. Para CEO juga punya keyakinan lebih tinggi terhadap perekonomian Indonesia dalam jangka menengah, yaitu 3-5 tahun mendatang. Keyakinan tersebut lebih tinggi dibandingkan dengan periode jangka pendek, yaitu 12 bulan ke depan.

Pemerintah Indonesia telah mengeluarkan visi ingin menjadi raja digital di kawasan Asia Tenggara. Di sektor eCommerce diprediksi akan miliki valuasi  US$ 130 miliar pada 2020 mendatang.

Data Ernst & Young menunjukkan pertumbuhan nilai penjualan bisnis online di Indonesia meningkat 40% per tahun. Dengan sekitar 93,4 juta pengguna internet dan 71 juta pengguna smartphone.

Pada akhir 2014 saja, nilai bisnis eCommerce Indonesia mencapai US$ 12 miliar. Akhir 2015 ini nilai bisnisnya diprediksi mencapai sekitar US$ 18 miliar.

Saat ini pemerintah tengah menata dan membangun jaringan broadband sebagai infrastruktur dasar dari ekonomi digital dimasa depan. Mobile broadband dipilih untuk ujung tombak, sementara untuk  Fixed Broadband tercecer di belakang.

Disampinng pembangunan infrastruktur dasar, ada pekerjaan lain yang harus dimulai oleh pemerintah yakni menata ulang bisnis digital agar potensi dan devisa dari sektor tersebut tak disedot  habis keluar negeri.

Data yang diungkap Komite Independen Telekomunikasi dan Penyiaran Indonesia (KITPI) menyatakan sekitar 60% pangsa pasar konten di Indonesia dikuasai asing dengan rata-rata kepemilikan di atas 60%.

Data dari Asosiasi Penyedia Jasa Internet Indonesia (APJII) menyatakan hampir 90% trafik lari keluar negeri untuk mengakses data. Dalam perkiraan APJII, Indonesia menyumbang pendapatan bagi pemain konten dari luar negeri sekitar Rp 15 triliun per tahun.

Dari sisi konektifitas karena harus melayani trafik keluar negeri, operator pun harus membeli bandwidth internasional US$ 218 juta per tahun.

Sementara The Center for Welfare Studies mengatakan Indonesia masih gagal menggarap potensi pajak yang bisa diraup dari pemain konten asing sekitar Rp 10 triliun hingga Rp 15 triliun.

Jangan sampai kerja keras membangun infrastruktur broadband hanya menjadikan anak bangsa tamu di rumah sendiri. Saatnya kita Kerja, kerja, kerja demi kedaulatan bangsa ini di ekonomi digital.

GCG BUMN
@IndoTelko

Artikel Terkait
Rekomendasi
Berita Pilihan
More Stories
Data Center Service Provider of the year