Sebuah pernyataan dikeluarkan Presiden Direktur & CEO Indosat Alexander Rusli beberapa waktu lalu tentang sejumlah bisnis digital yang diinisiasi oleh Indosat Ooredoo sejak beberapa tahun lalu.
Alex menyatakan beberapa bisnis digital yang memberikan dampak negatif bagi kinerja perusahaannya diputuskan dihentikan atau mundur teratur dari rencana mengembangkannya.
Hal itu dibuktikan dengan mematikan layanan eCommerce, Cipika dan tak lagi dikembangkannya uang elektronik Dompetku.
Bisnis digital yang masih digeluti Indosat terkait dengan advertising melalui Indonesia Mobile Exchange (IMX) karena ada kontribusi pendapatan dan model bisnis yang jelas serta tak beresiko.
“Kami pelan-pelan tak kembangkan Dompetku. Sudah terlalu “dalam” uang dikeluarkan, sementara return ke perusahaan tak bagus. Hanya membebani EBITDA dan EBITDA margin. Tak bagus bagi perusahaan secara keseluruhan,” ungkapnya kala berbuka bersama media beberapa waktu lalu.
Ditegaskannya, sebagai perusahaan seluler, Indosat dilihat dari matriks yang nyata yakni raihan pendapatan, Earning Before Interest Tax Depreciation Amortization (EBITDA), dan EBITDA margin. (
Baca:
Galaunya Indosat di Digital)
“Walaupun pengaruhnya 0,1-0,2% tetapi itu mempengaruhi performa perusahaan secara keseluruhan.Setelah jalan 4 tahun hingga sekarang, saya belum menemukan strategi dimana tak “bakar” uang untuk dapatkan pendapatan dan pelanggan bagi Dompetku. Masa transaksi naik kalau kita bikin promosi terus,” keluhnya.
Pernyataan Alex ini bertolak belakang dengan dua tahun lalu kala Indosat meluncurkan identitas baru yakni Indosat Ooredoo, sebagai bagian dari transformasi perusahaan yang menyeluruh untuk menjadi pemimpin layanan digital bagi masyarakat dan menuju perusahaan telekomunikasi digital terdepan di Indonesia.
“Dalam tiga tahun ke depan, kami ingin menjadi pemimpin layanan digital di Indonesia. Kami ingin dunia digital lebih dari sekadar konektivitas. Dunia digital harus bersahabat, simpel, dan mudah diakses, sehingga semua pihak dapat melakukan banyak hal melalui dunia dgital,” kata Alex di bulan November 2015. (
Baca:
Ambisi Indosat di digital)
Alex kala itu menyemburkan ambisi menjadikan Indosat Ooredoo sebagai pemimpin layanan digital menuju perusahaan telekomunikasi digital terdepan di Indonesia.
Untuk mencapainya, Indosat Ooredoo akan menghadirkan layanan digital yang lebih mudah diakses, simpel, dan terjangkau untuk semua pihak melalui tiga pilar kekuatan baru yang mencakup: (1) Produk dan layanan yang memberi kebebasan; (2) Jaringan data yang unggul; dan (3) Memperlakukan pelanggan sebagai sahabat.
“Ke depan digital akan menjadi DNA Indosat Ooredoo. Ke depan, Indosat Ooredoo menargetkan untuk menjadi nomor satu dalam pendapatan digital, nomor satu dalam pengalaman digital, dan brand digital pilihan pelanggan nomor satu,” optimisnya Alex kala itu.
Review
Jika Indosat sudah melempar handuk, XL Axiata ternyata masih dalam posisi melakukan kajian terhadap sejumlah digital service yang dibesutnya.
Untuk Informasi saja, XL adalah operator pertama yang memiliki Direktorat khusus menangani Digital Service di bawah seorang Direksi. Dian Siswarini yang sekarang menjadi Presiden Direktur & CEO XL adalah Direktur pertama memimpin Direktorat Digital Service.
Dalam roadmap yang dirancang lima tahun lalu, Digital Servces diharapkan kontribusinya ke total pendapatan anak usaha Axiata itu 6% pada 2015. Pada 2016 akan mencapai sekitar 7,5%, dan 2018 menjadi 8%.
Layanan digital services XL saat ini mencakup 7 portofolio besar meliputi digital entertainment, business innovation, digital payment, mobile advertising, cloud, internet of things (IOT), dan eCommerce.
“Kala membuat Digital Service beberapa tahun lalu, kita bertaruh di semua lini. Sekarang kita tengah review dan pilah-pilah lagi,” kata Dian kala berbuka bersama dengan media pekan lalu. (
Baca:
Bisnis Digital dari XL)
Dian mengungkapkan, untuk eCommerce melalui elevenia tengah dilakukan pencarian dana dan akan tuntas dua bulan lagi. Untuk layanan eMoney XL Tunai tengah dilakukan kajian. Sementara IoT akan tetap dikembangkan.
Tetap Lanjut
Indosat lempar handuk, XL galau, optimisme justru dilempar oleh Tri Indonesia dan Telkomsel.
“Perubahan komposisi dari layanan suara dan SMS ke arah bisnis digital merupakan hal yang positif yang diharapkan ke depannya akan menjadi engine of growth dari industri telekomunikasi,” kata Direktur Utama Telkomsel Ririek Adriansyah, kemarin. (
Baca:
Telkomsel dan Bisnis Digital)
“Anda tanya Tri, kami malah percaya bahwa bisnis digital itu adalah masa depan. Ini yang dipercaya juga oleh investor (Hutchison) tentang bisnis digital. Mereka sudah melihat bagaimana di Tiongkok Alibaba dan Tencent menggurita. Mereka percaya menjalankan bisnis digital itu akan menopang pertumbuhan grup usaha,” ungkap Wakil Direktur Utama Tri M Danny Buldansyah kala berbuka bersama media. (
Baca:
Tri dan Bisnis Digital)
Jika dilihat dari kondisi yang dipaparkan operator sepertinya membangun sendiri layanan digital dalam rangka melawan hegemoni pemain Over The Top (OTT) di era jasa data ternyata hal yang sulit dilakukan pemain Telco.
Unsur kebutuhan modal dan model bisnis yang berbeda dengan Telco sepertinya menjadikan strategi paling tepat di era digital adalah operator bermitra dengan OTT.
Operator sepertinya harus kembali kepada habitatnya sebagai penyelenggara jaringan dan memberikan konektifitas bagi pelanggan untuk mengakses layanan data. Kuncinya jika ingin menjadi pemenang adalah efektif dan efisien mengelola biaya.
Kecuali, operator memiliki pemodal yang kuat dan menyakini bahwa peluang lebih besar jika layanan digital dikembangkan sendiri untuk menjaga pelanggan tak mudah pindah layanan.
@IndoTelko