Nama Pendiri dan Executive Chairman Alibaba Group Jack Ma belakangan ini ramai diperbincangkan pelaku ekonomi digital di Tanah Air.
Keputusan pemerintah untuk tetap menjadikan salah satu pria terkaya di dunia itu menjadi penasihat Steering Committee (SC) eCommerce Indonesia menjadi polemik di tanah air.
Posisi penasihat SC ini diatur di Peraturan Presiden (Perpres) tentang Peta Jalan Sistem Perdagangan Nasional Berbasis Elektronik (SPNBE/Road Map e-Commerce) Tahun 2017- 2019.
Di Perpres itu dinyatakan dalam rangka pelaksanaan Peta Jalan SPNBE 2017-2019 dibentuk Komite Pengarah Peta Jalan SPNBE 2017-2019, yang selanjutnya disebut dengan Komite Pengarah.
Komite Pengarah mempuyai tugas sebagai berikut:
a. melakukan koordinasi dan sinkronisasi pelaksanaan
b. mengarahkan langkah-langkah dan kebijakan untuk penyelesaian permasalahan dan hambatan
pelaksanaan Peta Jalan SPNBE 2017-2019;
c. melakukan monitoring dan evaluasi pelaksanaan Peta Jalan SPNBE 2017-2019; dan
d. menetapkan perubahan Peta Jalan SPNBE 2017-2019
sesuai kebutuhan.
Komite Pengarah diketuai Menteri Koordinator Bidang Perekonomian, anggotanya 19 Kementrian atau Lembaga. Melihat susunan dan peran dari Komite Pengarah, wajar saja munculnya sosok Jack Ma memicu pro dan kontra bagi pelaku ekonomi digital. (
Baca:
Perpres eCommerce)
Kolaborasi
Bagi mereka yang senang dengan kehadiran Jack Ma beranggapan sekarang adalah era kolaborasi jika mau menjadikan ekonomi digital sebagai pendorong ekonomi Indonesia di masa depan.
Konsep Alibaba yang menjadi besar karena membuka diri terhadap sumber dari luar negeri menjadi pembenaran dari mereka yang mengidolakan sosok Jack Ma.
Apalagi, bagi pemerintah advisor sekelas Jack Ma dibutuhkan untuk memposisikan Indonesia pada lansekap internasional.
Pukat Harimau
Ada yang senang, tentu ada yang kontra. Bak judul lagu, Madu di tangan kanan, racun di tangan kiri. Inilah yang ingin diingatkan pihak yang menentang kehadiran Jack Ma hingga ke sentral pengambilan kebijakan negara.
Sudah menjadi rahasia umum Alibaba tengah dalam persaingan dengan kompetitornya seperti Tencent (Tiongkok) atau Amazon (AS) merrebut kue dari pasar negara berkembang seperti Indonesia. Saat ini Alibaba di Indonesia terlihat memimpin dengan memiliki andil di Tokopedia dan Lazada.(
Baca: Jebakan Jack Ma)
Sebentar lagi tentunya alat bayar Alipay akan merangsek, sembari terus dibangunnya infrastruktur logistik. Alibaba sudah membangun infrastruktur gudang mellaui Lazada seluas 60 ribu meter persegi di Cimanggis dan terus membangun di kota-kota lain dan memiliki jasa pengiriman Lazada Express.
Posisi Alibaba yang dominan (Lazada dan Tokopedia adalah pemilik pengunjung terbesar di Indonesia) menjadikan banyak pihak khawatir Jack Ma menjadi racun bagi ekosistem eCommerce, karena tak hanya menjadi pengusaha tetapi juga penguasa karena bisa mempengaruhi regulasi sebagai penasihat dari SC eCommerce. (
Baca:
Tolak Jack Ma)
Ditambah dengan kondisi pemain eCommerce lokal belum bisa mengimbangi pertempuran dengan para pemain raksasa dari luar negeri, sehingga wajar ada peringatan keras ke pemerintah untuk melihat lebih panjang secara geopolitik dan strategis keputusan mengistimewakan Jack Ma.
Apalagi, Amazon sudah selangkah lagi masuk ke Indonesia. Sudah menjadi rahasia umum Alibaba dan Amazon adalah musuh abadi, tak pintar mengambil posisi dalam pertarungan dua gajah, bisa-bisa Indonesia dalam posisi terjepit. Sesuatu yang merugikan bagi anak-anak bangsa
@IndoTelko