JAKARTA (IndoTelko) - Komite Regulasi Telekomunikasi (KRT)/Badan Regulasi Telekomunikasi Indonesia (BRTI) Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo) melakukan kunjungan ke Telkom Group untuk mendengar aspirasi dan masukan dari setiap industri telekomunikasi di Indonesia.
Kunjungan tersebut dipimpin langsung oleh Ismail MT selaku Ketua BRTI yang juga sebagai Dirjen Sumber Daya Perangkat Pos dan Informatika Kementerian Kominfo, dan Wakil Ketua BRTI Semuel Abrijani Pangerapan sekaligus menjabat sebagai Dirjen Aplikasi dan Informatika serta sejumlah anggota BRTI.
"Tujuan kami berkunjung hari ini adalah betul-betul ingin mendengar dari para pimpinan Telkom Group tentang kondisi yang sebenarnya terjadi, dan apa yang tepat dan harus kami tindaklanjuti agar industri telekomunikasi dapat memberikan yang terbaik lagi untuk Indonesia kedepannya," ucap Ismail seperti disiarkan laman Kominfo (18/2).
Hasil diskusi dan saling bertukar pikiran tersebut disambut baik oleh Direktur Utama Telkom Alex Janangkih Sinaga. Ismail berharap, pertemuan ini dapat menjadi gambaran terkait proyeksi dan evaluasi penting yang akan menjadi konsen dari industri telekomunikasi kedepannya.
Menurut Ismail, sesuai mandat dari Menteri Rudiantara yang memberikan keleluasan kepada BRTI untuk menerbitkan keputusan dan ketetapan sesuai dengan langkah-langkah strategis. Artinya, peran BRTI tidak lagi menyangkut isu-isu yang kemudian diangkat menjadi Peraturan Menteri atau Keputusan Menteri.
“Di Peraturan Menteri yang baru ini, banyak hal yang tidak terlalu strategis mengenai pengaturan-pengaturan teknis dan sebagainya, karena cukup ditetapkan dengan ketetapan BRTI. Jadi BRTI mendapatkan mandat dari Menteri untuk menerbitkan hal itu, tentu termasuk surat edaran yang tidak mengikat namun bersifat himbauan yang sifatnya pemberitahuan kepada industri," ujar Ismail.
Ismail mengatakan, dengan ketetapan dan keputusan melalui BRTI ini mungkin bisa lebih cepat dalam mengatur industri-industri telekomunikasi di Indonesia. Selain itu, BRTI juga didukung oleh SDM yang membahas isu-isu terintegrasi.
Optimis
Lebih lanjut Ismail mengatakan, pembangunan infrastruktur telekomunikasi khususnya untuk mengembangkan ekonomi digital harus memerlukan rasa optimisme yang tinggi dari setiap warga negara.
“Unicorn di Indonesia tidak lagi berbicara angle korporasi, tapi angle kepentingan seluruh masyarakat, baik itu kualitas, talent dan semua unsur lainnya. Hal yang terkait lainnya juga bertujuan menjadikan negara kita siap untuk menghadapi era ekonomi digital, jadi semua itu harus dilihat secara keseluruhan,” kata Ismail.
Ismail mengatakan, dengan adanya rasa optimis akan membuat Indonesia siap menjadi tuan rumah dari segala kompetisi. Sehingga, segala bentuk upaya dan keberpihakan-keberpihakan dalam kebijakan regulasi tidak bisa terbantahkan bahwa semua itu adalah untuk kepentingan nasional.
“Kita menginginkan semua kebijakan yang dibuat dapat menjadikan Indonesia sebagai tuan rumah dalam banyak hal. Oleh karena itu, komitmen membangun ekonomi digital inilah yang membuat kami berdiskusi dengan bapak-bapak semua di Telkom Group untuk mengembalikan semangat dan membangun kepercayaan,” ujar Ismail.
Terkait efisiensi industri, Ismail menjelaskan, jika menggunakan kacamata persaingan, BRTI hari ini mendapatkan rasa optimisme dari Telkom Group dalam membangun ekonomi digital di Indonesia.
“Untuk menjaga efisiensi industri ini, kita sudah harus berbicara kedepan, kita ingin mendesain persaingan ini masih tetap ada. Tapi kalau kita berpikir bahwa, pada saatnya nanti kita akan balik ke tahun 1999, kan rasanya gak mungkin juga. Jadi, kita tentu harus membuat sebuah kondisi persaingan yang baik,” tambahnya.
Ismail menambahkan, tujuan akhir dari rasa optimisme untuk ekonomi digital tentunya agar masyarakat bisa menikmati layanan yang diberikan oleh pemerintah dan industri. Namun, jika dibiarkan kondisi atau rasa pesimis terus menerus, maka gejalanya akan menunjukan hal-hal yang menuju ke arah terjadinya perlambatan dan pelemahan industri.
“Jadi bagaimana kita menjaga agar tetap efisien? Misalnya, dengan pemanfaatan Palapa Ring. Karena konsep dasar dari Palapa Ring bukan dibangun untuk network yang terpisah, kita mulai dari dasar itu yakni membangun yang tidak dibangun oleh industri telekomunikasi, jadi konektivitas itu harus terjadi di Barat, Tengah dan Timur,” pungkasnya.(ad)