telkomsel halo

Pengguna VoD tak keberatan dengan kehadiran iklan

10:31:26 | 08 Jul 2019
Pengguna VoD tak keberatan dengan kehadiran iklan
JAKARTA (IndoTelko) - Para pengguna Video on Demand (VoD) tak keberatan dengan kehadiran iklan kala mengakses layanan.

Demikian salah satu temuan dari riset The 2019 Asia OTT Research Report yang dikeluarkan Brightcove Inc bekerjasama dengan YouGov.

Kajian ini menghimpun pendapat 9.000 orang di sembilan negara di Asia, termasuk 1.000 konsumen di Indonesia. 

Survei ini dirancang untuk mengungkapkan berbagai temuan tentang pilihan konsumen dalam layanan Over The Top (OTT), termasuk beberapa jenjang paket langganan (subscription tiers) dan hal-hal yang mendorong mereka untuk berlangganan; berapa biaya yang bersedia dibayarkan konsumen; sikap mereka terhadap periklanan dan paket langganan yang didukung iklan; serta pendapat mereka terhadap pengalaman berbelanja di TV berbentuk post-programming. 

Dalam riset ini ditemukan 42% responden berkata bahwa mereka mungkin menerima model campuran (hybrid) dengan paket langganan bulanan yang lebih murah namun juga memuat iklan —tergantung tarifnya, 38% responden menyatakan, mereka akan segera berlangganan, porsi ini mencerminkan ukuran pasar potensial yakni 80% responden yang disurvei memilih opsi tersebut.

Sebanyak 54% responden "Lapsed" yang keluar dari paket langganan, berencana untuk kembali mendaftarkan diri untuk layanan OTT di masa datang.

Banyak opsi untuk konten menjadi pengaruh utama bagi 44% responden yang berlangganan lebih dari satu layanan OTT, sementara, uji coba gratis dan promosi memengaruhi 38% responden.

Berpikir tentang masa depan, 31% responden Indonesia enggan membayar biaya apa pun dan rela menonton iklan sebagai kompensasi untuk mengonsumsi konten, 17% memilih untuk membayar biaya yang lebih rendah dengan iklan yang terbatas, dan 16% menginginkan keleluasaan untuk mengatur iklan dan tarif langganan.

Ketika responden ditanyai tentang berapa biaya yang rela dibayarkan untuk layanan OTT, 33% menyebutkan kurang dari US$1 per bulan, 24% mau membayarkan US$1-US$4 per bulan, dan 18% ingin membayarkan US$ $5-US$9 per bulan.

Sebanyak 22% responden Indonesia menyatakan satu iklan sebagai frekuensi iklan (advertising load) yang dapat diterima setiap jeda iklan (ad break) berlangsung, dan 21% bisa menerima dua iklan setiap jeda.

Fitur offline downloads (39% responden), menonton tanpa gangguan secara lintasperangkat (33%), serta penggunaan data seluler yang lebih kecil saat streaming (32%) menjadi tiga fitur layanan OTT yang paling diinginkan para responden Indonesia.

Saat responden ditanyai tentang sikap mereka untuk membeli produk yang ditayangkan di TV, 69% responden terbuka terhadap ide program berbelanja di TV (shoppable TV).

Menurut Head of Media, Brightcove, Asia, Greg Armshaw pasar televisi di Indonesia berubah drastis dari masa-masa sebelumnya, yakni saat kalangan konsumen hanya bisa memilih untuk menonton konten pada kanal-kanal yang bersiaran gratis (free-to-air) atau membeli satu paket kanal dari operator TV berbayar (pay-TV) lokal. 

Kini, lebih dari setengah (57%) warga Indonesia pernah mengakses layanan OTT TV.  Dan, 44% konsumen berlangganan lebih dari satu layanan OTT karena mereka menginginkan pilihan konten yang lebih banyak. 

Sebagai salah satu pasar terbesar di Asia, dengan 150 juta pengguna internet, Indonesia menyajikan peluang yang amat besar untuk konten TV berbentuk OTT, khususnya pada perangkat seluler. 

"Di Brightcove, kami memahami pengalaman pengguna yang demikian, sesuai dengan harapan dan kebutuhan kalangan konsumen yang mengutamakan perangkat seluler (mobile-centric consumers). Itu sebabnya kami selalu mendorong upaya untuk menyajikan berbagai pengalaman video streaming yang luar biasa di setiap layar," katanya.

Asal tahu saja, platform video Brightcove dipilih oleh Metranet, anak usaha Telkom Indonesia, untuk meluncurkan aplikasi Oona.

GCG BUMN
Oona adalah sebuah aplikasi yang memungkinkan pengguna untuk menonton live streaming siaran TV dan video on demand (VoD) dengan membidik sekitar 135 juta pelanggan seluler yang dimiliki Telkom Indonesia.(wn)

Ikuti terus perkembangan berita ini dalam topik
Artikel Terkait
Rekomendasi
Berita Pilihan
More Stories
Data Center Service Provider of the year