Bisnis telekomunikasi mulai menunjukkan sinyal pertumbuhan positif di semester I 2019.
Mengutip laporan keuangan yang dikeluarkan sejumlah operator yang tercatat di bursa efek Indonesia (BEI), terlihat indikator pertumbuhan, pendapatan di sektor Halo-halo mulai meningkat dibandingkan tahun lalu.
PT Telekomunikasi Indonesia Tbk (Telkom), PT XL Axiata Tbk (EXCL), PT Indosat Tbk (ISAT) dan PT Smartfren Telecom Tbk (FREN) rata-rata mengalami pertumbuhan mencapai double digit yaitu 12% atau 9% jika dilihat dari pertumbuhan revenue share.
Pertumbuhan pendapatan berturut-turut hingga semester I 2019, FREN 19%, EXCL dan ISAT keduanya 11% sedangkan market leader TLKM 8% namun jika dilihat dalam materi public expose pendapatan Telkomsel hanya naik 5%.
Sejauh ini hanya TLKM dan EXCL yang masih mampu mencatatkan laba positif, ini mengindikasikan belum membaiknya skema pricing terhadap beban biaya yang harus ditanggung operator.
Laju pertumbuhan yang positif didorong oleh terus tumbuhnya pendapatan data yang tinggi berkisar 20-30%, pertumbuhan data tertinggi diperoleh oleh EXCL 31%, TLKM melalui Telkomsel 32%, ISAT 23% sementara FREN 20%.
Telkom melalui anak usaha Telkomsel punya keunggulan pelanggan yang lebih loyal dengan Average Revenue Per User (ARPU) tertinggi, walaupun secara trafik penggunaan data pelanggan Telkomsel masih di bawah kompetitornya.
Sedangkan sebagai pemberat pertumbuhan tentu saja adalah terus dropnya pendapatan dari legacy yaitu layanan telepon dan sms.
Pendapatan legacy Indosat turun tertinggi -45% , EXCL -27%, TLKM -18%, namun FREN justru mengalami kenaikan 21%.
Berbeda dengan EXCL dan ISAT yang hanya mengandalkan pertumbuha pendapatan data, Telkom melalui anak perusahaannya sedang giat mennggenjot digital business yang diprediksi memiliki masa depan yang cerah, walaupun kontribusinya saat ini belum signifikan.
Layanan financial mobile service Tcash saat ini sudah spin off dari Telkomsel menjadi Link Aja dengan sinergy beberapa BUMN digadang-gadang akan memperluas portofolio use case layanan Link aja.
Bisa dikatakan pertumbuhan positif di semeseter 1 2019 ini terjadi karena semakin meredanya pengaruh registrasi prabayar yang mengakibatkan turunnya jumlah pelanggan, pengaruh positifnya adalah menyisakan pelanggan yang loyal dan tidak berganti-ganti kartu.
Sementara itu di sisi tarif, perang tarif sudah tidak marak lagi walaupun secara Megabyte per Rupiah, Indonesia masih termasuk yang paling rendah.
Strategi 2019
Melalui paparan public expose 2019, Telkom akan menginvestasikan 27% dari pendapatan dengan fokus investasi pada infrastrktur broadband dan fixed line dan menjanjikan pertumbuhan pendapatan dan Earning Before Interest Tax Depreciation Amortization (EBITDA).
XL akan memperbesar transport dan memperluas dan meningkatkan kualitas jaringan 4G, dengan prioritas luar Jawa sebagaimana kesuksesan 2018 yang menghasilkan pertumbuhan pendapatan di luar Jawa sebesar 33%.
XL juga akan mempertahankan dual brand XL-Axis untuk segmen market yang berbeda. XL akan mempertahankan mobile data leadership dengan indikator memiliki penetrasi smartphone tertinggi sekitar 80%, porsi pendapatan data terbesar XL 80% dan trafik per pelangga per bulan tertinggi 4,188 Mb.
Indosat akan menambah jumlah BTS 4G sebanyak 18 ribu BTS. Semantara FREN menyiapkan dana US$200 juta untuk memperluas cakupan jaringan dengan menambah 10 ribu BTS di tahun 2019.
Merujuk pada outlook perekonomian indonesia 2019 yang diterbitkan oleh Kementerian koordinator bidang perekonomian pertumbuhan ekonomi sektor Informasi dan Komunikasi 2019 sebesar 9.32%, menjadi sektor dengan prediksi pertumbuhan tertinggi.
Optimisme pertumbuhan tersebut berdasarkan faktor dan kebijakan diantaranya, konsolidasi dan pengembangan ekonomi digital, migrasi ke televisi digital, penyelesaian jaringan Palapa Ring paket Tengah dan Timur dan peningkatan jumlah pengguna jasa telepon dan internet.
Sementara di level global S&P Global Ratings memperkirakan pertumbuhan pendapatan telekomunikasi berkisar 2% -3% sampai 2019 terutama didorong oleh broadband karena permintaan untuk data kecepatan tinggi terus meningkat.
So, akankah bisnis halo-halo kembali ke jalur kejayaannya tak lama lagi? Kita lihat saja nanti. (*)
Ditulis oleh Zaid Muttaqien, Praktisi di salah satu operator seluler