telkomsel halo

Menggoyang `Rumah` SATRIA

03:08:03 | 29 Nov 2020
Menggoyang
SpaceIntel Report pada (16/10) menurunkan berita yang lumayan mengejutkan tanah air. Situs tersebut melaporkan The International Telecommunication Union (ITU) dikabarkan menolak proposal dari pemerintah Indonesia yang meminta perpanjangan waktu peluncuran Satelit Indonesia Raya (Satria).

Masih dalam laporan tersebut, proposal pemerintah Indonesia yang meminta perpanjangan 14 bulan untuk dari jadwal regulasi ditolak ITU.

Pemerintah Indonesia dianggap tak memberikan bukti yang menyakinkan perihal Covid-19 sebagai pemicu dari penundaan peluncuran. Pemerintah Indonesia diminta untuk memberikan dokumen pendukung susulan atau bisa berhadapan dengan penolakan dari ITU.

Kementrian Komunikasi dan Informatika (Kominfo) dalam klarifikasinya menegaskan berita pada tanggal 16 November tahun 2020 dengan judul berita ITU Board Reject Indonesia’s Deadline Extension Request For Satria Broadband Satelite telah diralat menjadi ITU Wants More Information before standing deadline for Indonesia’s Satria Broadband Satelite.

Terlepas dari judulnya diralat, intisarinya tetap sama yakni Satria tadinya rencana akan diluncurkan ke slot orbit pada tahun 2022 berubah dengan adanya permintaan mundur dari jadwal menjadi 14 bulan yang menjadikan Satria diluncurkan pada 2023.

Kominfo pun dalam penjelasannya memang menggunakan alasan pandemi Covid-19 memengaruhi pengadaan dan produksi Satelit SATRIA-1. Dalam rencananya, direncanakan untuk ditempatkan di orbit pada bulan Maret tahun 2023 berubah menjadi pada Kuartal keempat tahun 2023.

Selain meminta perpanjangan waktu, Indonesia juga telah mempersiapkan langkah alternatif agar orbit satelit tersebut bisa menempati slot orbit 146 Bujur Timur (BT).

Langkah alternatif pertama, Indonesia telah memiliki back up filing satelit yang sudah didaftarkan di ITU sebagai cadangan. Nusantara PE1-A, apabila filing satelit PSN-146E tidak dapat digunakan. 

Langkah alternatif kedua yang disiapkan Kominfo, operator Satelit Indonesia dapat menyewa dan menempatkan Satelitte Floater dalam jangka waktu tertentu di slot orbit PSN 146-E untuk memenuhi kewajiban regulasi ITU.

Sementara berkaitan dengan persiapan teknis, Kominfo menyatakan SATRIA akan dibangun Thales Alenia Space  (TAS) dan roket peluncurnya adalah SpaceX Falcon 95500.

Proses pembiayaan telah mendapat persetujuan dari lembaga pembiayaan BPI Perancis dan Asian Infrastructure Investment Bank (AIIB). Kesepakatan preliminary working agreement (PWA) antara PT Satelit Nusantara 3 (SNT) dan Thales Alenia Space (TAS) sudah dilakukan dan proses manufacturing sudah dimulai.

Satria dibangun oleh PT. Satelit Nusantara 3 dengan pembiayaan sebesar Rp6,4 triliun dan menempati slot orbit 146 bujur timur.

Proyek satelit SATRIA dikerjakan dalam skema Kerjasama Pemerintah dengan Badan Usaha (KPBU). Kementerian Kominfo bertindak selaku Penanggung Jawab Proyek Kerjasama (PJPK).

Capital expenditure untuk space segment proyek ini bernilai sekitar US$550 juta, dimana 20% nilai tersebut akan dibiayai dengan equity oleh satellite project sponsor. Sedangkan sisanya didanai melalui sindikasi pembiayaan internasional.

SATRIA ini memiliki nilai strategis dalam transformasi digital karena memiliki kapasitas 150 gigabyte per second (Gbps) yang akan menjadi salah satu tulang punggung infrastruktur internet nasional.

Kisah Indonesia dalam posisi "kritis" mempertahankan slot orbit di ITU sudah sering terjadi dan biasanya Kominfo selalu berhasil mengamankan sumber daya alam terbatas itu.

Hal yang menjadi kekhawatiran adalah bukan slot orbitnya, tetapi mampukah SATRIA nantinya tepat waktu memenuhi jadwal mengangkasa mengingat pandemi memunculkan banyak tantangan teknis dan non teknis.

GCG BUMN
@IndoTelko

Artikel Terkait
Rekomendasi
Berita Pilihan
More Stories
Data Center Service Provider of the year