Telkomsel secara resmi meluncurkan layanan 5G dengan mengusung tema “5G: Unlock the Future” setelah menerima Surat Keterangan Laik Operasi (SKLO) 5G dari Kementerian Komunikasi dan Informatika Republik Indonesia (Kominfo RI) pada 24 Mei 2021.
Semangat yang dibawa dalam peluncuran ini menunjukkan komitmen Telkomsel menghadirkan layanan 5G untuk membuka potensi masa depan yang tak terbatas bagi Indonesia. Peluncuran Telkomsel 5G sekaligus menjadi milestone penting bagi Telkomsel yang genap 26 tahun hadir melayani Indonesia tepat pada 26 Mei 2021 yang lalu.
Ini juga merupakan strategi Telkomsel sebagai perusahaan telekomunikasi digital dengan mengembangkan digital trifecta yang meliputi digital connectivity, digital platform, dan digital services.
Pada tahap pertama komersialisasi 5G ini, layanan Telkomsel 5G sudah tersedia di beberapa titik di 9 kota, yang di antaranya mencakup wilayah Telkomsel Smart Office (Jakarta), di beberapa titik tertentu di enam area residensial di DKI Jakarta (Kelapa Gading Jakarta, Pondok Indah, Pantai Indah Kapuk, Bumi Serpong Damai, Widya Chandra, dan Alam Sutera), GraPARI Bandara Soekarno Hatta, GraPARI Pemuda Surabaya, GraPARI Pettarani Makassar, GraPARI Renon Bali, GraPARI Batam Center, GraPARI Telkom Group Medan, GraPARI Solo, Kantor Balai Kota Solo, GraPARI Balikpapan, Telkom University (Bandung) dan Institut Teknologi Bandung.
Telkomsel memanfaatkan teknologi 5G NSA (non-standalone) pada frekuensi 2.3 GHz dengan alokasi 50 Mhz. Perangkat yang mendukung layanan 5G Telkomsel yakni Oppo Reno 5, Huawei Mate 40, Vivo X60 dan Vivo X60 Pro.
Pilihan frekuensi dari Telkomsel memang kurang populer untuk 5G dimana biasanya dibutuhkan alokasi sebesar 100 Mhz dan rentang spektrum yang digunakan antara 2.6 Ghz dan 3.5 GHz.
Jika kondisi ideal ini dipenuhi, sejumlah keunggulan 5G bisa dinikmati seperti kecepatan ideal mencapai 10 Gbps fengan latensi sekitar 4-5 milidetik. Dengan kecepatannya yang tinggi itu, sejumlah aplikasi seperti Internet of Things (IoT) bisa maksimal dilayani. Cloud Gaming lancar dimainkan, dan lainnya.
Isu terbatasnya frekuensi untuk 5G ini memang menjadi diskusi yang hangat di Indonesia. Kementrian Komunikasi dan Informatika (Kominfo) menyatakan setidaknya hingga 2024 kebutuhan spektrum frekuensi sebanyak 2. 047 Mhz untuk mendukung 4G dan 5G deployment. Hingga saat ini menggunakan sekitar 737 Mhz untuk keseluruhan operasi telekomunikasi.
Terlepas dari isu teknis, harus diakui Telkomsel sudah lama merintis cara menggelar 5G di Indonesia. Operator ini sudah beberapa kali melakukan trial, bahkan memanfaatkan ajang Asian Games 2018 untuk mencoba sejumlah aplikasi berbasis 5G.
Saat ini posisi Telkomsel bisa dikatakan seperti First Media melansir layanan 4G dengan merek Bolt! pertama kali di Indonesia.
Kilas balik kala itu, First Media melansir Bolt! dengan mengusung 4G berbasis frekuensi 2.3 GHz. Padahal, pilihan frekuensi yang populer kala itu di 1.800Mhz, 2.1 GHz, atau 900 MHz. Akhirnya 4G menjadi popular di Indonesia kala semua pemain selular seperti Telkomsel, Indosat, Tri, Smartfren, dan XL datang dengan mengusung frekuensi 900 MHz dan 1.800 MHz.
Namun, 5G Telkomsel tentu tak diharapkan berakhir seperti Bolt!. Langkah Telkomsel berhati-hati dengan mengkomersialkan 5G secara terbatas sembari mempelajari potensi dan mengedukasi pasar yang ada sudah tepat.
Sembari menunggu frekuensi dengan ekosistem perangkat lebih matang, Telkomsel sudah unggul selangkah dibanding kompetitornya kala kompetisi benar-benar dibuka.
@IndoTelko