JAKARTA (IndoTelko) - PT Dayamitra Telekomunikasi Tbk (MTEL) atau Mitratel optimistis konsolidasi operator yang terjadi di industri seluler akan membawa angin segar bagi penyedia menara.
"Konsolidasi operator seluler di Indonesia memang sebuah keniscayaan. Kami melihat konsolidasi ini akan membawa angin segar bagi bisnis Telco di Indonesia. Artinya dengan konsolidasi ini operator menjadi lebih kompetitif namun tetap mempunyai fundamental keuangan yang cukup baik untuk pengembangan bisnis selanjutnya," papar Direktur Utama Dayamitra Telekomunikasi Theodorus Ardi Hartoko kala Media Gathering, Senin (10/1).
Dijelaskan Pria yang akrab disapa Teddy itu, bagi penyedia menara konsolidasi operator akan meminimalkan tekanan harga sewa. "Sehingga kami bisa mendukung seluruh operator untuk new coverage maupun memanfaatkan yang sudah ada dulu di suatu wilayah. Bagi kami ini (konsolidasi) membawa angin segar yang berdampak juga bagi Mitratel sebagai penyedia menara," jelasnya.
Seperti diketahui, Indosat Ooredoo Hutchison (IOH) baru saja dirilis sebagai buah dari merger PT Indosat Tbk (ISAT) dan PT Hutchison 3 Indonesia.
Entitas baru ini akan mencicipi nilai ekonomi digital Indonesia yang diprediksi akan terus melesat dalam beberapa tahun ke depan.
Google, Temasek, dan Bain & Company dalam riset terbaru yang dirilis akhir tahun lalu menyebutkan valuasi ekonomi digital Indonesia tumbuh 49% sepanjang 2021 menjadi US$ 70 miliar dari subluminal US$ 47 miliar pada 2020.
Bahkan, Google cs terus merevisi prediksi pertumbuhan ekonomi digital Indonesia di tahun 2025 dari sebelumnya US$ 124 miliar menjadi US$ 146 miliar.
Lebih lanjut Teddy menjelaskan Mitratel sebagai perusahaan penyedia infrastruktur telekomunikasi yang dipimpinnya tidak akan melewatkan kesempatan untuk membantu ekonomi digital Indonesia tumbuh
lebih tinggi lagi.
Menurutnya, tumbuh suburnya ekonomi digital suatu negara tidak lepas dari bertambahnya jumlah masyarakat digital (society), serta tersedianya infrastruktur digital yang mumpuni.
“Ketiga faktor itu merupakan basic ingredients dalam menciptakan digital ecosystem yang sehat. Tugas Mitratel dalam ekosistem tersebut adalah memastikan connectivity antara masyarakat dengan pelaku usaha digital bisa terlayani melalui tower kami,”ujar Teddy.
Berbekal pengalaman di bisnis menara telekomunikasi sejak 2008, Teddy mencatat sampai akhir September 2021 lalu jumlah menara yang dikelola Mitratel ada sebanyak 28.076 unit. Uniknya, 57% atau 16.150 unit menara tersebut tersebar di luar Pulau Jawa.
“Dengan tren pertumbuhan pengguna internet yang semakin menyebar ke seluruh Indonesia, keberadaan tower Mitratel di luar Pulau Jawa saya yakini bisa membantu ekspansi perusahaan-perusahaan digital ke wilayah baru yang potensial. Sementara di Pulau Jawa sendiri, jumlah jaringan tower kami sejumlah 11.929 menara,” katanya.
Mitratel saat ini merupakan perusahaan menara telekomunikasi terbesar yang mengelola lebih dari 25% pangsa pasar bisnis menara di Indonesia. Teddy menyebut seluruh perusahaan telekomunikasi raksasa di Indonesia menggunakan jasa Mitratel, tidak hanya grup Telkom semata.
“Secara total Mitratel melayani lebih dari 42.000 tenants yang menggunakan fasilitas tower kami. Jumlahnya diharapkan terus bertambah, seiring dengan dibukanya jaringan 5G oleh Pemerintah Indonesia,” kata Teddy.(wn)