telkomsel halo

Vitamin tambahan untuk 5G

09:23:06 | 26 Jun 2022
Vitamin tambahan untuk 5G
Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo) belum lama ini mengungkapkan rencana peluncuran pita frekuensi rendah 700MHz untuk layanan 5G di sela ajang The 8th Asia Pacific Spectrum Management Conference yang baru-baru ini digelar di Bangkok, Thailand.

Pemerintah Indonesia berharap dapat meluncurkan pita frekuensi rendah 700 MHz untuk penyelenggaraan layanan 5G pada akhir tahun 2022 atau awal tahun 2023.

Saat ini pemerintah juga tengah melakukan proses refarming dan reassignment untuk 5G pada pita frekuensi sedang 3,5GHz, yang direncanakan akan diluncurkan pada tahun 2023.

Sementara itu, penggunaan pita frekuensi 6GHz dan 4,9GHz untuk IMT 5G baru akan diputuskan setelah WRC-23.

Langkah pemerintah mengumumkan tersedianya frekuensi 700 MHz untuk 5G tak bisa dilepaskan dari adanya kebijakan migrasi teresterial televisi analog ke digital atau Analog Switch Off (ASO) yang memang akan dituntaskan pada 2022.

Kebijakan ASO akan menyediakan sisa frekuensi sebanyak 112 Megahertz (Mhz) di 700 Mhz yang bisa dimanfaatkan untuk layanan mobile data.

Menurut GSMA, selama rentang waktu 2025-2030, negara-negara dunia akan membutuhkan spektrum pita sedang 2 GHz untuk memberikan kecepatan downlink 100 Mbps dan uplink 50 Mbps bagi pengguna IMT agar dapat menyediakan layanan 5G, karena itu pita 6GHz menjadi kandidat utamanya.

3GPP RAN Plenary telah  meluncurkan hasil standardisasi pita 6GHz (6425-7125 MHz) atas sebagai pita frekuensi IMT yang baru, dan diharapkan pekerjaan ini selesai di tahun 2022. Selain itu, GSMA menghimbau regulator untuk mempertimbangkan setidaknya pita 6GHz atas untuk penggunaan IMT berlisensi, sedangkan pita 6GHz bawah dapat digunakan sebagai basis netral teknologi.

Di sini kita bisa melihat, spektrum merupakan sumber daya mendasar dalam pengembangan industri komunikasi seluler, serta elemen inti untuk 5G dan 5G Advanced. Untuk itu, perlu dilakukan perencanaan yang harmonis dan jelas dalam menyusun peta jalan dan standar spektrum.

Pita frekuensi 2,1/2,3/2,6/4,9 GHz memiliki ekosistem yang telah matang yang mendukung pengembangan primer 5G, seperti halnya pita C-band. Saat ini, kalangan industri bekerja sama untuk  mematangkan ekosistem 6GHz dalam upaya memenuhi kebutuhan 5G dalam jangka panjang.

Frekuensi APT 700MHz juga telah menjadi pita utama untuk 4G dan 5G dengan dukungan ekosistem yang sudah matang. Kehadirannya mendukung layanan 5G akan menjadi vitamin tambahan dari sisi jangkauan dan kualitas nantinya.

Saat ini, model bisnis untuk kasus penggunaan 5G tengah dikaji mengingat tingginya permintaan dari kota, industri, dan konsumen sehingga menciptakan momentum untuk mempercepat transformasi ekonomi digital di Indonesia.

Belum lagi, di depan mata ada mega proyek Ibu Kota Baru Indonesia yang memerlukan dukungan konektivitas berkecepatan tinggi serta kota cerdas yang siap diintegrasikan pada tahun 2024. Sungguh, waktunya sudah matang untuk melakukan transformasi digital.

Transformasi digital harus adil. Artinya, transformasi haruslah berdampak pada setiap orang, setiap bisnis, dan setiap sektor. Dalam bisnis dan perdagangan, transformasi digital berbasis 5G akan membantu bisnis berakselerasi dengan cepat.

5G menjanjikan peningkatan bandwidth, keandalan, dan latensi yang rendah. 5G akan mendorong bisnis untuk pulih sepenuhnya melalui pemanfaatan kemampuan teknologi berbasis data canggih seperti IoT, kecerdasan artifisial (AI), cloud, dan machine learning.

Selain itu, 5G juga dapat memberikan dorongan yang diperlukan bagi Indonesia untuk terus maju bersama dalam menghasilkan konektivitas yang diperlukan untuk pembangunan ekonomi.

Tentunya 5G yang dibutuhkan adalah sebuah teknologi dengan dukungan spektrum memadai.

GCG BUMN
@IndoTelko

Artikel Terkait
Rekomendasi
Berita Pilihan
More Stories
Data Center Service Provider of the year