Telkomsel belum lama ini mengumumkan telah mematikan jaringan telekomunikasi generasi ke-3 atau 3G di seluruh wilayah Jakarta. Jakarta Timur telah lebih dulu dimatikan, menyusul Tangerang dan Bekasi dalam waktu dekat.
Ini artinya, mulai 6 Juli 2022, para pelanggan Telkomsel yang masih menggunakan kartu sim card 3G Telkomsel atau perangkat berbasis 3G, maka tidak bisa lagi digunakan. Telkomsel mengimbau pelanggan untuk segera menyambangi GraPARI terdekat.
Setelah mengakselerasi jaringan 4G di Jakarta Timur bulan lalu, Telkomsel kembali mendorong pemerataan 4G di seluruh wilayah Jakarta meliputi Jakarta Pusat, Jakarta Utara, Jakarta Selatan dan Jakarta Barat.
Kota selanjutnya yang akan dimatikan layanan 3G-nya adalah Tangerang, Bekasi dan Tangsel. Kemungkinan ketiga wilayah itu akan mendapat giliran untuk off-3G pada 20 Juli 2022.
Telkomsel akan melakukan upgrade layanan jaringan 3G ke 4G/LTE di 504 kota/kabupaten hingga akhir 2022. Prosesnya dilakukan secara bertahap dan dimulai sejak Maret lalu.
Sejak Maret hingga Mei dilakukan pada 90 kota/kabupaten, berikutnya Juni-Juli 2022 di 132 kota/kabupaten, 178 kota/kabupaten bulan Agustus hingga Oktober, dan terakhir November-Desember pada 104 kota/kabupaten.
Rencananya, frekuensi 2.1 GHz yang tadinya dialokasikan untuk 3G akan dimaksimalkan melayani 4G dan 5G.
Langkah Telkomsel ini guna mendukung arahan pemerintah melalui Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo) agar operator segera melakukan upgrade jaringan 4G dan menonaktifkan 3G di seluruh Jakarta pada tanggal 6 Juli 2022.
Sebelumnya, XL Axiata menargetkan penghentian layanan 3G rampung pada Maret 2022. Sebanyak 22 ribu BTS 3G milik XL telah dimatikan.
Senada, Indosat Ooredoo Hutchison atau IOH menargetkan penghentian internet 3G rampung pada akhir tahun 2022.
Tak Terhindarkan
Langkah operator mematikan layanan 4G tak bisa dihindari mengingat evolusi teknologi seluler bergerak sangat cepat. Dari teknologi generasi pertama (1G), kini Indonesia dan seperti negera-negara di belahan dunia lainnya, sudah mengadopsi teknologi generasi ke-5 (5G).
Adopsi teknologi baru dalam komunikasi jaringan nirkabel merupakan keniscayaan karena menawarkan kecepatan akses data yang lebih tinggi dan latency (waktu tunda) yang lebih rendah, yang sesuai dengan kebutuhan akses di era digital yang sudah sampai pada tahap video streaming, yang membutuhkan akses data lebih cepat dan latency rendah.
Perjalanan teknologi seluler menawarkan layanan yang berbeda pada masanya. 1G sebagai generasi pertama, dimana layanan yang ditawarkan lebih ke suara. Generasi kedua-2G menawarkan layanan suara, SMS dan juga teknologi data kecepatan rendah yang disebut EDGE. Di Indonesia, sejak 2006, resmi operator telekomunikasi memberikan layanan 3G.
Teknologi ini menawarkan layanan suara dan data dengan kecepatan dari 2 Mbps hingga 45 Mbps. Pada masa ini, untuk mengunggah video sudah bisa namun buth waktu lama, dan untuk menikmati video pun sering terjadi buffering sehingga kurang enak dilihat.
Dalam waktu kurang dari 10 tahun, teknologi 4G pun hadir. Kecepatan akses data yang ditawarkan juga kian baik sehingga kita bisa menikmati video secara lancar, meski terkandang ada kendala waktu tunda, sehingga untuk video streaming masih kurang halus dinikmati. Dan sejak 2021, hadirlah teknologi seluler generasi ke-5 atau 5G, yang memberikan keunggulan latency lebih rendah sehingga dapat dikatakan mendukung video streaming dan juga bisa dimanfaatkan secara bersama di keluarga maupun kantor misalnya.
Di Indonesia, saat ini memang masih ada teknologi seluler 2G, 3G, 4G dan yang baru adalah 5G. Hanya saja, berbeda dengan 2G yang masih banyak digunakan di lapisan masyarakat bawah dan wilayah yang belum terjangkau teknologi 3G, 4G atau 5G, teknologi 3G sebenarnya sudah bisa digantikan saat 4G diadopsi dan apalagi ketika layanan 5G dimulai.
Hal yang masih menjadi catatan sekarang adalah kondisi kecepatan internet Indonesia yang jauh di bawah hampir semua negara di kawasan Asia Tenggara, mengindikasikan harus ada langkah-langkah percepatan peningkatan kecepatan internet.
Dengan kebutuhan akses lebih cepat dan latency lebih rendah, semua jaringan 3G (dan juga seharusnya 2G) memang sudah selayaknya di-upgrade ke jaringan seluler yang lebih mutakhir, 4G atau 5G. Dan walau perlu dukungan peningkatan kapasitas backbone serat optik, migrasi ke teknologi 4G atau 5G merupakan cara meningkatkan kecepatan internet di sisi akses. Sehingga, mematikan 3G sebenarnya bukan pemaksaan, namun memang ini sudah sesuai kebutuhan kecepatan layanan data masyarakat untuk menjalankan aktivitas kini yang serba digital.
Meski harus didukung semua pihak, upaya upgrading jaringan 3G perlu juga memperhatikan kesiapan di lapangan. Utamanya adalah kesiapan jaringan penggantinya, 4G atau 5G, bilamana 3G harus dimatikan. Hal itu agar antusiasme masyarakat tidak berubah menjadi kekecewaan. Termasuk juga penggantian SIM card bilamana diperlukan.
Tujuannya jelas adalah bagaimana masyarakat mendapatkan layanan data internet lebih baik, lebih berkualitas dengan juga memperhatikan apa yang perlu disiapkan masyarakat menyambut era internet berkecepatan tinggi tersebut.
@IndoTelko