Ditawari Transponder BRISat, Indosat minta Harga Sewa Murah

Alexander Rusli (Dok)

JAKARTA (IndoTelko) – PT Indosat Tbk (ISAT) mengaku sudah mendengar rencana PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI) yang membuka wacana kerjasama dengan perusahaan telekomunikasi dalam mengelola satelit BRISat.

“Kami sudah dengar soal tawaran kerjasama itu. Tetapi sejak diluncurkan soal BRISat, diskusi kami dengan pihak BRI berhenti,” ungkap President Director & CEO Indosat Alexander Rusli, pekan lalu.

Dikatakannya, perseroan posisinya masih menunggu jawaban dari Kementrian Komunikasi dan Informatika (Kemenkominfo) terkait tidak lagi menjadi pengelola slot orbit 150,5 derajat Bujur Timur (BT) dan digantikan BRI.

“Soalnya kami kan ada MoU dengan Orbital untuk membuat satelit Palapa E. Mereka minta kita mendapat klarifikasi dari pemerintah, karena waktu buat MoU ada pemerintah. Jadi, mereka bertanya-tanya,” ungkapnya.

Lebih lanjut dikatakannya, jika pun nanti akan melirik sisa transponder dari BRISat, perseroan menginginkan harga sewa sama atau lebih rendah dari penawaran Indosat. 

“Soalnya kami  ada terikat kontrak dengan penyewa, kalau harga lebih tinggi tidak ada margin. Solusi lain yang dipertimbangkan menyewa transponder dari pihak luar untuk memenuhi kontrak dari penyewa,” tutupnya.

Sebelumnya, BRISat tidak hanya digunakan untuk kebutuhan telekomunikasi dari BRI,  tetapi juga untuk kebutuhan dalam negeri baik pendataan, maupun pengelolaan kebutuhan teknologi di daerah terpencil. Selama ini kebutuhan telekomunikasi BRI dilayani oleh 23 transponder guna mendukung  transaksi di 22 ribu ATM BRI dan 9.800 jaringan kantor di seluruh Indonesia.

BRI menyediakan investasi sekitar US$ 250 juta demi BRISat. Satelit yang akan menempati slot 150,5  (BT) ini bisa menjangkau kawasan Asia Timur sampai Australia. Satelit tersebut memiliki berat 3.500 kilogram dengan membawa 45 transponder.(id)