Oleh: Erwin Sukiato, Country Manager for Indonesia, Cloudera
Pandemi telah mendorong migrasi digital ke level yang belum pernah terjadi sebelumnya. Di tengah pertumbuhan ekonomi yang berfokus pada digital, perusahaan di kawasan Asia Pasifik memimpin, dengan
laporan IDC menunjukkan bahwa 28 persen perusahaan di kawasan ini sudah berada dalam tahap kematangan transformasi digital paling progresif. Lebih banyak perusahaan menjadi digital atau meningkatkan penawaran digital mereka, dengan
satu dari tiga perusahaan diperkirakan memperoleh lebih dari 30% penghasilan mereka dari produk dan layanan digital hingga tahun 2023.
Pemanfaatan teknologi baru di beberapa negara seperti China, Singapura dan Korea juga mengalami kemajuan yang besar, menyusul kemajuan teknologi dan peningkatan investasi yang dilakukan beberapa tahun terakhir.
Kita melihat industri yang berhadapan langsung dengan pelanggan, paling memicu lahirnya beberapa tren yang siap mendominasi 2022. Sektor-sektor seperti ritel, pengemasan konsumen, rantai pasokan, telekomunikasi, perbankan, layanan keuangan dan layanan kesehatan akan menjadi yang pertama mengimplementasikan beberapa tren seperti komputasi
cloud, smart edge dan keberlanjutan.
Tren 1: Enterprise-wide Cloud
Selain melihat keberlanjutan bisnis, perusahaan mengambil peluang untuk mengevaluasi kembali prioritas dan proses bisnis, serta fokus pada inovasi dengan mengakselerasi migrasi mereka ke
cloud. Gerakan ini seharusnya sesuai tujuan strategis perusahaan serta didorong target untuk mendapatkan lebih banyak
insight dari data mereka. Data adalah sumber daya strategis sekaligus menjadi jaminan bagi strateginya sendiri, terutama strategi data
enterprise yang mencakup seluruh perusahaan, terintegrasi, terkelola dan aman. Dengan mengadopsi strategi yang memenuhi kebutuhan bisnis dan IT, perusahaan bisa mengurangi biaya dan upaya tumpang tindih di berbagai lini bisnis, sekaligus menghindari
data silo, untuk peningkatan efisiensi, skalabilitas dan
agility.
Saat beberapa perusahaan sudah menggunakan
cloud untuk mengatasi beberapa masalah khusus, kemungkinan kita akan melihat pergeseran fokus ke pendekatan serba inklusif yang terpusat pada migrasi
cloud yang bersifat
enterprise-wide. Laporan penelitian global baru kami yang mengamati dampak strategi data
enterprise sebuah perusahaan terhadap kinerja bisnisnya, “Cloudera Enterprise Data Maturity Report: Identifying the Business Impact of an Enterprise Data Strategy”, menunjukkan adanya perpindahan ke
hybrid cloud dalam 18 bulan mendatang. Hampir setengah dari responden yakin bahwa 43,07 persen karyawan mereka akan terus bekerja secara
remote setahun mendatang, dan mereka berinvestasi pada arsitektur yang tepat untuk mendukung peralihan ini.
Dunia saat ini adalah dunia
hybrid – ada
data hybrid, infrastruktur
hybrid serta sistem kerja
hybrid. Laporan yang sama mendapati bahwa mayoritas perusahaan bermaksud menempatkan analisa data dan kinerja di arsitektur
hybrid dan/atau arsitektur
multi-cloud. Pengadopsian
hybrid cloud akan terus meningkat pada tahun-tahun mendatang, terutama dengan penekanan yang semakin besar pada pemanfaatan data. Dengan
hybrid data cloud, perusahaan bisa mengakses dan menganalisa data dengan cepat dan mudah untuk mengambil keputusan yang didorong data secara lebih cerdas agar makin efektif dalam memenuhi permintaan iklim bisnis yang sangat kompetitif. Mengakses dan mengelola data dari beberapa sumber dan lokasi akan memberikan kendali dan fleksibilitas kepada perusahaan dalam memanfaatkan kerja
hybrid sekaligus tetap menjalankan bisnis seperti biasa.
Tren2: Komputasi Smart Edge
Menurut
laporan terbaru Forrester, investasi “
Smart Infrastructure” di kawasan Asia Pasifik akan meningkat 40 persen. Peluncuran 5G menyajikan konektivitas yang semakin besar, memungkinkan bisnis merangkul teknologi baru untuk memanfaatkan dan menganalisa sejumlah besar data di
edge, yang pada akhirnya mempercepat
speed-to-insight. Kami meramalkan bisnis di kawasan ini beralih ke komputasi
smart edge untuk membantu menganalisas data dengan cepat, sekaligus mengurangi latensi dan biaya.
Sebagai contoh, banyak industri di kawasan Asia Pasifik masih bekerja di bawah
corrective maintenance process, di mana pemeliharaan dilakukan berdasarkan data yang dikumpulkan, seperti waktu rata-rata kegagalan dan waktu rata-rata perbaikan. Dengan komputasi
smart edge, kita akan mulai melihat peralihan menuju proses pemeliharaan yang bersifat preventif, dan akhirnya prediktif, sehingga bisnis dapat memprediksi masalah sebelum terjadinya kegagalan. Pada dasarnya ini adalah melakukan pemeliharaan preventif selangkah lebih maju untuk membuat keputusan
real time.
Trend 3: Keberlanjutan, DEI (Diversity, Equity and Inclusion) menjadi kunci di tahun-tahun mendatang.
Keberlanjutan dan keberagaman karyawan akan terus menjadi fokus di dunia bisnis. Kita mungkin akan melihat lebih banyak perusahan bergantung pada data untuk memastikan keberhasilan dan efektivitas inisiatif DEI (Diversity, Equity and Inclusion/Keanekaragaman, Kesetaraan dan Inklusi). Perusahaan bisa menggunakan data dan analisa untuk menciptakan tolok ukur yang lebih baik dan mengatur metrik serta praktik seputar obyektif bisnis seperti keberlanjutan keberagaman karyawan. Hal ini bisa memberikan hasil bisnis yang positif dan memberikan keunggulan daya saing bagi bisnis. Dengan visibilitas lebih besar, manajemen bisa memastikan mereka mendorong pengambilan keputusan lebih baik untuk inovasi lebih besar di lingkungan kerja.
Langkah-Langkah ke Depan yang Perlu Diambil pada 2022
Perusahaan harus menyediakan waktu untuk mengevaluasi proses bisnis mereka sebelum mengadopsi
cloud dan kemampuan
edge. Penting untuk menentukan pendekatan dan strategi yang paling sesuai dalam memenuhi kebutuhan unik bisnis mereka, di mana kemampuan
cloud dan/atau
edge adalah sarana yang memberikan keuntungan bagi seluruh perusahaan, bukan hanya untuk menyelesaikan masalah tertentu.
Saat perusahaan mengantisipasi pergeseran yang nyata terlihat menuju lingkungan
hybrid dan
multi-cloud, maka masuk akal jika perusahaan mencari strategi data yang didukung
cloud. Pendekatan
enterprise data cloud (EDC) bisa mendukung kekuatan data untuk melayani pelanggan dengan lebih baik, beroperasi dengan efisien dan memiliki resiliensi yang lebih besar, serta memperkuat keamanan – kapabilitas yang terpenting di dunia saat ini.
Bisnis juga harus memastikan layanan
cloud mereka bisa memberikan analisa yang terintegrasi dan multi fungsi untuk data bisnis yang dikelola secara terpusat dan aman, yang dijalankan di mana saja dengan pengalaman konsisten, baik di
hybrid cloud maupun di
multi cloud. Terlepas dari lokasi penyimpanan data perusahaan atau infrastruktur data yang mereka gunakan, platform
cloud yang benar menyediakan satu
single point of reference. Cloudera Data Platform (CDP),
cloud data enterprise pertama di industri, membantu perusahaan mengagregasi, mengakses dan menganalisa data mereka secara aman dan terkelola di satu tempat, menawarkan pengguna platform yang komprehensif untuk manajemen
cloud data dan pengalaman yang mereka butuhkan dan ingin gunakan.
Pada tahun 2022 dan selanjutnya, perusahaan dan karyawan akan membutuhkan keterampilan digital dan
soft skill untuk mendapat keuntungan dari peluang baru yang mereka hadapi. Penting bagi perusahaan untuk mendorong dan memotivasi karyawan mengikuti kegiatan
reskilling dan
upskilling. Dengan menyediakan pelatihan terkait inovasi digital,
data science, AI/
machine learning, dan teknologi baru lainnya bagi karyawan, perusahaan bisa memastikan karyawan mereka sudah melek digital dan mampu mendorong transformasi efektif dalam perusahaan.