Pada Jumat (28/10), tersiar kabar Elon Musk telah menyelesaikan pengambilalihan Twitter senilai US$44 miliar.
Kabar ini terasa mengejutkan karena antara Twitter dan Musk tengah bersengketa di pengadilan pasca pemilik pabrik Tesla tersebut secara sepihak membatalkan rencana pembelian platform itu dengan alasan pengguna di aplikasi berlambang burung biru tersebut didominasi oleh bot.
Sebelumnya memang beredar kabar Musk menawarkan untuk melanjutkan proposal aslinya untuk membeli Twitter seharga $44 miliar. Twitter mengatakan akan menutup transaksi setelah menerima tawaran Musk.
Hal ini diperkuat dimana pada 6 Oktober lalu, Hakim Delaware menunda persidangan yang akan diadakan pada 17 Oktober hingga November untuk memberi kedua belah pihak waktu hingga 28 Oktober mencapai kesepakatan.
Apapun itu, setelah berbulan-bulan penuh drama, Elon Musk akhirnya membeli Twitter senilai Rp628,5 triliun.
Dasar nyentrik, Musk mengumumkan berita besar itu di akun Twitter-nya. Bio di akunnya telah berubah menjadi “Chief Twit” dan ia mengumumkan “burung ini sudah dibebaskan”.
Pria yang dikenal nyentrik ini beralasan membeli Twitter adalah untuk “mencoba menolong umat manusia”, dan dia menginginkan “peradaban untuk memiliki alun-alun kota digital”.
Musk telah memberi sinyal bahwa perubahan besar akan terjadi di Twitter, versinya akan “kebebasan bersuara yang absolut”.
Sinyal ini diperkuat dimana Musk dilaporkan telah memecat Kepala Eksekutif Paraq Agrawal, Kepala Finansial Ned Segal, dan Eksekutif Legal Vijaya Gadde, sementara laman profil LinkedIn milik Ketua Dewan Direksi Bret Taylor menunjukkan dia tak lagi bekerja di Twitter.
Hanya beberapa jam setelah Musk memulai era baru di Twitter, dia dibanjiri permohonan dan tuntutan dari pemegang akun terlarang dan para pemimpin dunia.
Kabarnya, untuk memoderasi permintaan pemulihan ini, Musk akan membentuk dewan untuk melakukan penilaian sebuah akun layak atau tidak dipulihkan.
Apapun itu, Mantan presiden AS Donald Trump, yang secara permanen dilarang dari Twitter atas tuduhan menghasut kekerasan setelah kerusuhan ibu kota AS 6 Januari 2021, menyambut baik pengambilalihan tersebut.
"Saya sangat senang bahwa Twitter sekarang berada di tangan yang waras, dan tidak akan lagi dijalankan oleh Radikal Kiri Orang Gila dan Maniak yang benar-benar membenci negara kita," ujar Trump.
Entah kebetulan atau tidak, penuntasan akuisisi ini memang mendekati masa tahapan pemilu di Indonesia dan Amerika Serikat. Negara-negara demokrasi yang memanfaatkan platform media sosial untuk komunikasi massa. Akankah Musk mampu bertindak sebagai “penguasa” alun-alun digital yang adil nantinya? Kita lihat saja nanti.
@IndoTelko