Jelang tutup 2022, kabar Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) kembali melanda perusahaan startup di Indonesia.
Minggu ini PT GoTo Gojek Tokopedia Tbk. (GOTO) mengabarkan telah melakukan PHK kepada 1.300 karyawan.
Alasan tantangan makro ekonomi global akan berdampak signifikan bagi para pelaku usaha di seluruh dunia dipilih oleh startup ini. GoTo, seperti layaknya perusahaan besar lainnya, perlu beradaptasi untuk memastikan kesiapan Perusahaan menghadapi tantangan ke depan.
Manajemen menyatakan sejak awal tahun GoTo melakukan evaluasi optimalisasi beban biaya secara menyeluruh, termasuk penyelarasan kegiatan operasional, integrasi proses kerja, dan melakukan negosiasi ulang berbagai kontrak kerja sama.
Pada akhir kuartal kedua 2022, Perusahaan berhasil melakukan penghematan biaya struktural sebesar Rp800 miliar dari berbagai aspek penghematan, seperti teknologi, pemasaran dan outsourcing.
Namun demikian, untuk lebih jauh bernavigasi di tengah kondisi ekonomi global yang semakin penuh tantangan, GoTo harus fokus pada hal-hal yang berada dalam kendali perusahaan. Hal ini termasuk mengambil keputusan sulit untuk melakukan perampingan karyawan sejumlah 1.300 orang atau sekitar 12% dari total karyawan tetap Grup GoTo.
Keputusan sulit ini tidak dapat dihindari supaya Perusahaan lebih agile dan mampu menjaga tingkat pertumbuhan sehingga terus memberikan dampak positif bagi jutaan konsumen, mitra pengemudi, dan pedagang.
Untuk karyawan terdampak akan memperoleh paket kompensasi sesuai dengan peraturan dan perundang-undangan di tiap negara di mana GoTo beroperasi. Lebih dari itu, GoTo juga memberikan sejumlah dukungan finansial, antara lain berupa tambahan satu bulan gaji, serta kompensasi pengganti periode pemberitahuan (notice in-lieu).
Tidak hanya itu, GoTo juga memberikan dukungan pencarian kerja serta layanan konseling. Karyawan terdampak berhak memiliki laptop yang saat ini mereka gunakan, mengakses berbagai program pelatihan, serta dapat bergabung ke direktori alumni GoTo, di mana Perusahaan dapat memberikan rekomendasi kepada berbagai perusahaan dalam jaringan rekanan bisnis Grup GoTo. Selanjutnya, fasilitas konseling karir, keuangan, dan psikologi akan tersedia sampai akhir bulan Mei 2023.
Sementara Ruangguru dalam keterangannya menyatakan telah melakukan PHK kepada ratusan karyawannya.
"Hari ini Ruangguru melakukan pemutusan hubungan kerja (PHK) dengan sebagian pegawai Ruangguru. Terdapat ratusan pegawai Ruangguru yang terdampak dari pemutusan hubungan kerja ini. Keputusan sulit ini diambil karena situasi pasar global yang memburuk secara drastis," tulis penjelasan Corporate Communications Team Ruangguru.
Perusahaan menyampaikan semua yang terkena PHK telah mendapatkan haknya sesuai aturan yang berlaku, mulai dari pesangon, uang penghargaan masa kerja, dan penggantian hak misalnya ganti rugi sisa cuti.
Ruangguru juga menyatakan perusahaan berkomitmen untuk membantu eks karyawannya mendapatkan pekerjaan baru setelah terkena PHK. Perusahaan juga berjanji mengalokasikan tim rekruter Ruangguru khusus dan memberikan dukungan konsultasi karier, psikologis, dan akses kelas pengembangan karier jika dibutuhkan.
Ruangguru pun menegaskan PHK yang dilakukan jumlahnya tidak akan mencapai 50% dari total karyawan.
Aksi dua startup ini menyusul Shopee dan Grab yang telah melakukan PHK di Indonesia. Shopee mengumumkan melakukan PHK di Indonesia pada pertengahan September (19/9). Namun jumlahnya tidak disebutkan. Namun induk Shopee, Sea Ltd disebut-sebut melakukan PHK sekitar 7.000 pegawai dalam enam bulan terakhir. Porsinya sekitar 10% dari total karyawan. Kemudian Grab telah melakukan PHK di divisi GrabKitchen bulan lalu.
Banyak kalangan menilai langkah PHK yang diambil startup merupakan hal yang wajar, mengingat selama ini beban gaji di perusahaan seperti GoTO terlalu besar. Asal tahu saja, beban gaji dan imbalan karyawan GOTO per 30 Juni 2022 sebesar Rp7,4 triliun. Jika dibagi total karyawan 9.630 orang maka rata-rata gaji dan imbalan Rp64 juta/bulan.
Alasan lain adalah karena terlalu agresif selama pandemi, startup menjadi cepat kehabisan bensin (modal) untuk melanjutkan usahanya ketika fase endemi mulai dijalani.
Apalagi, para pemodal ventura mulai selektif dalam memilih tempat investasi dengan mengutamakan hitungan Return on Investment (RoI) bukan semata Gross Merchandise Value (GMV) alias akumulasi nilai pembelian dari pengguna melalui situs atau aplikasi dalam periode tertentu.
Kesimpulannya, strategi bakar uang untuk masuk ke pasar sepertinya harus mulai ditinggalkan oleh para startup.
Proposal yang mengutamakan keberlanjutan bisnis lebih ditunggu para pemodal. Kembali ke pameo lama, tak ada bisnis yang bisa dibangun hanya dalam sehari!
@IndoTelko