telkomsel halo

Kerlingan Starlink untuk Indonesia

11:40:00 | 03 Sep 2023
Kerlingan Starlink untuk Indonesia
Layanan Starlink menjadi perbincangan hangat seminggu belakangan ini pasca Menko Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan melakukan kunjungan ke Amerika Serikat untuk menemui miliuner Elon Musk.

Dalam pertemuan itu terungkap, Elon Musk tertarik menggarap penyediaan layanan internet di Indonesia Timur dengan Starlink.

"Dia ingin Starlink bisa beroperasi di daerah rural kita, dan kebetulan Menteri Kesehatan juga ikut bersama saya juga dan melihat banyak sekali desa-desa kita yang tidak bisa dijangkau oleh internet. Oleh karena itu kita sepakat juga dengan Elon untuk Starlink masuk di Indonesia bagian timur," jelas Luhut dalam unggahan video di akun Instagram @luhut.pandjaitan, Senin (14/8).

Menurut Luhut manfaat yang didapat jika Starlink beroperasi di Indonesia amat besar. Misalnya, untuk memberikan dukungan pada infrastruktur kesehatan di daerah terpencil berupa akses internet di puskesmas. Hal tersebut bisa membantu tenaga kesehatan melaporkan data-data kesehatan secara real time.

Selain itu, layanan pendidikan juga akan bisa diakses oleh para pelajar di Indonesia bagian timur sehingga akses pendidikan yang setara dan merata di Indonesia bisa kita wujudkan.

Luhut menyatakan dirinya ingin kerja sama Starlink bukan cuma penjajakan namun bisa direalisasikan. Maka dari itu, dia mengundang Elon Musk untuk hadir ke Indonesia dan meneken perjanjian kerja sama yang konkrit.

"Saya minta Elon datang. Status Starlink, prosesnya diselesaikan dengan teliti. Saya bilang kami nggak mau MOU lagi langsung pada agreement investasi di sini," antusias Luhut.

Kebutuhan
Menteri Kesehatan Budi G. Sadikin dalam siaran pers 6 Agustus 2023 mengakui bertemu dengan Elon Musk untuk menjajaki kemungkinan kerja sama antara Pemerintah Indonesia dan Starlink, untuk menyediakan akses internet di Puskesmas yang terletak di daerah tertinggal, terdepan, dan terluar (3T).

"Ini merupakan upaya kami untuk memastikan layanan kesehatan yang setara dan merata di tanah air. Puskesmas sebagai garda terdepan untuk menciptakan masyarakat yang sehat harus dipastikan infrastrukturnya memadai," jelas Menkes Budi.

Saat ini dari 10 ribu lebih Puskesmas yang ada, masih ada sekitar 2.200 Puskesmas dengan 11.100 Puskesmas Pembantu yang belum memiliki akses internet.

Peningkatan konektivitas internet dapat membuka akses yang lebih baik ke layanan kesehatan, dan akses komunikasi antar daerah akan lebih mudah sehingga pelaporan dari fasilitas pelayanan kesehatan bisa real time. Aktivitas ini juga mendukung agenda digitalisasi transformasi kesehatan Indonesia.

"Dengan adanya akses internet, konsultasi layanan kesehatan dapat dilakukan secara online. Peningkatan kemampuan tenaga kesehatan lewat pelatihan jarak jauh juga bisa dilakukan," jelas Menkes Budi.

Saat ini, fasilitas layanan kesehatan di Filipina, Rwanda, Mozambik, dan Nigeria juga telah menggunakan Starlink.

Perantara
Sementara Menkominfo Budi Arie Setiadi mengungkapkan model kerjasama antara Kemenkes dengan Starlink nantinya akan melibatkan Telkomsat. Anak usaha Telkom ini memang sudah bekerjasama dengan Starlink untuk mendukung backhaul VSAT-nya dengan memanfaatkan satelit Low Earth Orbit (LEO) milik Elon Musk.

Kominfo telah memberikan Hak Labuh Khusus Khusus Non-Gestationary Satellite Orbit (NGSO) kepada Telkomsat untuk menjadikan Starlink sebagai backhaul. Artinya, keberadaan Starlink masih dalam lingkup business to business (B2B), tidak langsung ke masyarakat.

Pria yang akrab disapa Muni ini perlu menjelaskan model bisnis antara Starlink dengan Kemenkes karana pemanfaatan satelit Republik Indonesia (Satria-1) yang diluncurkan pada pertengahan Juni kemarin belum bisa digunakan mengingat masih perjalanan menuju slot orbit 146 derajat Bujur Timur. Satelit Satria 1 baru akhir tahun mencapai orbit.

Seperti diketahui, Satria-1 menempati orbit 146 derajat Bujur Timur (BT) di langit Papua.

Dengan mentransmisikan internet 150 Gbps, satelit ini memiliki kapasitas lebih besar dari satelit lain yang aktif dipakai Indonesia. Satria-1 juga menjadi satelit pertama di Indonesia yang menggunakan teknologi Very High-Throughput Satellite (VHTS) dan frekuensi Ka-Band. Hal tersebut membuat satelit ini mampu memberikan layanan internet yang lebih baik. Satelit ini diperkuat dengan 116 Spot Beam yang membuat layanan internet dapat menjangkau wilayah lebih luas.

Kehadiran Satria-1 akan memberikan layanan internet yang cepat bagi daerah 3T. Berkat satelit ini, kecepatan internet di setiap fasilitas publik yang dilayani akan mencapai empat Mbps atau meningkat dari sebelumnya hanya satu Mbps.

Was-was
Makin seriusnya Starlink melakukan penterasi ke pasar internet tanah air ternyata membuat operator seluler was-was. Pemerintah pun diminta untuk menjaga level playing field bagi semua pemain karena ada regulasi yang harus dipatuhi sebagai pemain telekomunikasi.

Sejauh ini pemain layanan internet berbasis satelit LEO di Indonesia selain Starlink ada OneWeb yang resmi menggandeng Dwi Tunggal Puta (DTP) menghadirkan BuanterOne.

Jika dilihat, regulator masih menjaga pemain LEO tidak langsung menyasar masyarakat, melainkan melaui skema business to business (B2B).

Pemain seluler wajar was-was karena khittah pebisnis tak pernah merasa puas. jika Starlink merasa tak puas berada di level B2B, tentunya akan masuk ke pasar ritel.

Disinilah diuji keteguhan regulator menegakkan regulasi agar semua pemain tak merasa rugi memenuhi kewajiban kepada negara karena perlindungan usaha itu berlaku bagi semua pelaku.

Terakhir, pemerintah dalam melihat pemain global tak bisa hanya melihat sisi nilai investasi yang dibawanya, tetapi juga harus menjaga kepentingan nasional.

GCG BUMN
@IndoTelko

Artikel Terkait
Rekomendasi
Berita Pilihan
More Stories
Data Center Service Provider of the year