telkomsel halo

Amazon Kuiper, solusi atau ilusi bagi akses internet 3T?

05:40:00 | 23 Mar 2025
Amazon Kuiper, solusi atau ilusi bagi akses internet 3T?
Indonesia akan kedatangan pemain baru untuk layanan internet berbasis satelit orbit rendah (Low Earth Orbit/LEO) yaitu Amazon Kuiper, dari Amazon.

Sinyal itu terungkap setelah Kementerian Komunikasi dan Digital (Kemkomdigi) menjajaki kerja sama strategis dengan Amazon Kuiper untuk memperluas konektivitas digital di wilayah terdepan, terluar, dan tertinggal (3T), sekaligus mendukung transformasi digital nasional.

Diharapkan kehadiran teknologi ini dapat mendukung pengembangan ekosistem digital nasional, termasuk memberdayakan Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) serta meningkatkan layanan e-government, e-health, dan e-education.

Dikabarkan Amazon Kuiper tengah mengajukan izin operasional di Indonesia, termasuk lisensi telekomunikasi dan hak peminjaman satelit, sesuai regulasi terbaru yang memungkinkan perusahaan asing beroperasi dengan Nomor Induk Berusaha (NIB).

Dalam situs resminya dinyatakan Project Kuiper merupakan inisiatif untuk meningkatkan akses pita lebar global melalui konstelasi 3.236 satelit LEO, sesuai izin dari Federal Communications Commission (FCC) di AS).

Misinya adalah menghadirkan pita lebar yang cepat dan terjangkau bagi masyarakat yang belum dan kurang terlayani di seluruh dunia.

Peluncuran awal dua satelit prototipe (KuiperSat-1 dan KuiperSat-2) berhasil diluncurkan pada 6 Oktober 2023 menggunakan roket Atlas V. sedangkan layanan komersial diperkirakan mulai 2025 setelah 578 satelit pertama beroperasi.

Total investasi yang dikeluarkan Amazon untuk proyek ini sekitar US$10 miliar dimana rencananya akan dibangun gateway stations di berbagai lokasi, termasuk di Indonesia.
Kabarnya Amazon berencana membangun enam stasiun gateway, dengan investasi awal mencapai US$20 juta, yang bisa meningkat menjadi US$90 juta pada 2035 di Indonesia.

Salah satu keunggulan layanan Kuiper nantinya adalah adanya dukungan ekosistem Amazon dimana bisa terintegrasi dengan Amazon Web Services (AWS) dan layanan cloud lainnya, yang menarik bagi bisnis.

Hingga saat ini, Starlink dari SpaceX telah menjadi pemain utama untuk layanan internet berbasis satelit LEO di Indonesia dengan pendekatan langsung ke konsumen (B2C). OneWeb, meskipun kurang dikenal oleh publik, telah lebih dulu mengadopsi model bisnis yang berfokus pada kerja sama dengan pemerintah dan operator (B2B).

Sesak
Amazon Kuiper masih belum menentukan strategi mereka secara jelas, tetapi jika mereka memilih model yang sama dengan salah satu pemain sebelumnya, risiko fragmentasi pasar dan persaingan harga tanpa peningkatan layanan akan semakin tinggi.

Fenomena ini bukan hanya terjadi di satelit LEO. Di sektor telekomunikasi darat, kita juga melihat tren serupa. Saat ini, operator seluler di Indonesia sudah beroperasi dengan infrastruktur yang relatif mapan, tetapi cakupan dan kualitas layanan masih menjadi tantangan, terutama di luar kota-kota besar.

Kini, pemerintah juga akan membuka tender frekuensi 1.4 GHz, yang akan memungkinkan lebih banyak pemain masuk ke industri internet tetap (fixed broadband) dan seluler.

Namun, tanpa strategi nasional yang jelas dalam distribusi infrastruktur dan bisnis model, risiko yang muncul adalah semakin banyak pemain, tetapi tetap menyasar pasar urban yang lebih menguntungkan, sementara daerah 3T tetap terabaikan.

Fenomena yang sama bisa terjadi di sektor satelit LEO. Jika Starlink, OneWeb, dan Amazon Kuiper hanya bersaing di wilayah yang sudah memiliki daya beli tinggi, maka internet satelit tidak akan benar-benar menjadi solusi bagi daerah terpencil. Munculnya banyak penyedia bukan jaminan pemerataan akses, melainkan bisa berujung pada perang harga yang akhirnya hanya menguntungkan segmen pasar tertentu.

Bagi konsumen, tantangan utama adalah memastikan layanan yang stabil dan terjangkau. Jika terlalu banyak pemain tetapi infrastruktur tidak dibangun dengan baik, maka kita hanya akan melihat persaingan harga sementara kualitas layanan tetap stagnan.

Pemerintah perlu memastikan bahwa persaingan ini menghasilkan solusi nyata, bukan sekadar perang harga atau perebutan segmen pasar yang sudah ada. Jika tidak, maka kehadiran Amazon Kuiper dan pemain lain hanya akan menambah pilihan tanpa memberikan dampak signifikan bagi pemerataan akses internet di Indonesia.

GCG BUMN
@IndoTelko

Artikel Terkait
Rekomendasi
Berita Pilihan
More Stories