telkomsel halo

Kesopanan anak jadi prioritas ketimbang tidak lulus sekolah

05:03:00 | 11 Apr 2025
Kesopanan anak jadi prioritas ketimbang tidak lulus sekolah
JAKARTA (IndoTelko) - Menjadi orang tua merupakan sebuah perjalanan yang dipenuhi dengan kebahagiaan, proses belajar, sekaligus tantangan. Setiap orang tua memiliki gaya pola asuh mereka sendiri, dipengaruhi oleh lingkungan sekitar, nilai-nilai pribadi, hingga ekspektasi sosial.

Jakpat melakukan survei terhadap 983 responden untuk menggali pandangan mereka seputar parenting. Alasan utama orang memiliki anak adalah keinginan untuk meneruskan keturunan (66%) dan anggapan bahwa anak dapat melengkapi keluarga (63%). Bagi 62% Gen X, memiliki anak juga diyakini membuka pintu rezeki.

Sebanyak 81% responden menyatakan bahwa persiapan finansial adalah hal utama yang perlu dipersiapkan sebelum memiliki anak. Diikuti oleh kesiapan mental, pengetahuan tentang pola asuh dan pendidikan anak, serta kesiapan emosional; yang semuanya dipilih oleh lebih dari 70% responden.

Dikatakan Research Lead di Jakpat, Septiana Widi Sugiastuti, pihaknya menekankan pentingnya kestabilan emosional bagi orang tua, yang dianggap perlu oleh 72% responden. “Karena anak-anak menyerap energi dan respon dari orang tuanya,” ujarnya.

Saat membahas pengalaman sebagai orang tua, 3 dari 5 ibu mengaku bahwa peran ini terasa cukup berat. Dalam hal kelelahan dan stres, ibu juga lebih sering mengalaminya. Sebaliknya, 1 dari 4 ayah justru menyatakan bahwa menjadi orang tua terasa mudah. Mereka juga lebih sering merasa peran ini menyenangkan dan memuaskan.

Media sosial turut berperan dalam pola asuh anak, dengan 64% responden mengaku terpengaruh olehnya. Akun yang paling sering dijadikan referensi adalah para ahli seperti dokter atau psikolog (74%), disusul oleh pengguna media sosial yang memiliki pola asuh anak yang menarik (73%), serta akun atau situs yang secara khusus membahas topik parenting (73%).

Sebanyak 94% orang tua mengaku khawatir jika anak mereka menjadi pribadi yang tidak sopan atau kurang memiliki tata krama. Lebih dari 90% orang tua juga khawatir apabila anak mereka terlibat perundungan (bullying) baik sebagai korban maupun pelaku. Kekhawatiran ini bahkan melebihi kecemasan terkait akademik, seperti anak tidak naik kelas atau tidak lulus, yang disebutkan oleh 77% responden.

GCG BUMN
Ia menambahkan, hasil survei menunjukkan bahwa di era ini, orang tua lintas generasi memiliki kekhawatiran yang sama terhadap isu-isu sosial anak, seperti perundungan dan perkelahian, dibandingkan masalah akademik. Ini menjadi tugas orang tua untuk lebih peka, karena anak-anak bisa saja mengalami perundungan di sekolah, lingkungan sekitar, bahkan secara daring (cyberbullying).” (mas)

Artikel Terkait
Rekomendasi
Berita Pilihan
More Stories