JAKARTA (IndoTelko) – PT Bakrie Telecom Tbk (BTEL) akan menerbitkan saham baru yang disesuaikan dengan jumlah Obligasi Wajib Konversi yang diterbitkan sebagai bentuk penyelesaian sebagian besar hutang perseroan.
“Kami sudah selenggarakan Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa (RUPSLB) dalam rangka untuk menindaklanjuti pelaksanaan Perjanjian Perdamaian yang telah disetujui besama oleh Perseroan dan kreditur Perseroan dalam proses PKPU. Dengan adanya konversi hutang tersebut diharapkan kinerja perusahaan akan lebih baik kedepannya,” ujar Direktur Utama BTEL, Jastiro Abi usai RUPS, Senin (22/6).
Ditambahkannya, dalam RUPS yang dihadiri oleh anggota Dewan Komisaris dan Direksi serta sejumlah kurang lebih 80% suara Pemegang Saham BTEL, sejumlah keputusan penting diambil pada RUPS Tahunan yaitu, menyetujui Laporan Direksi mengenai jalannya perseroan dan tata usaha keuangan untuk tahun buku 2014, persetujuan tidak terdapatnya pembagian keuntungan saham atau dividen dikarenakan Perseroan mencatat kerugian bersih, penunjukan Akuntan Publik untuk tahun buku 2015, dan pengangkatan kembali anggota Dewan Komisaris dan Direksi Perseroan untuk masa jabatan berikutnya.
Sedangkan dalam RUPS Luar Biasa telah disetujui agenda penyesuaian anggaran dasar terhadap peraturan baru OJK, peningkatan modal dasar, dan penjaminan asset perseroan.
Dalam catatan, emiten dengan kode saham BTEL ini mengalami kerugian Rp 2,87 triliun. BTEL juga menanggung rugi usaha Rp 947,55 miliar. Di tahun sebelumnya perseroan masih mencatatkan laba usaha Rp 3,6 miliar.
Tahun lalu, BTEL telah mencatat keuntungan dari kerja sama penggabungan kegiatan usaha dengan PT Smartfren Tbk (FREN) sebesar Rp 590 miliar. Namun, beban keuangan perseroan membengkak menjadi Rp 861,3 miliar dari sebelumnya Rp 738,4 miliar.
Total liabilitas perseroan telah melebihi total asetnya. BTEL memiliki utang wesel senior senilai US$ 380 juta yang telah wanprestasi.
BTEL memiliki total tagihan utang senilai Rp 11,3 triliun. Utang tersebut dikelompokkan menjadi utang biaya hak penggunaan (BHP) frekuensi dan universal service obligation (USO) senilai Rp 1,26 triliun, utang usaha Rp 2,4 triliun, utang tower provider Rp 1,3 triliun, dan utang dana hasil wesel senior Rp 5,4 triliun.
Kemudian, BTEL juga memiliki utang afiliasi senilai Rp 73,7 miliar, utang akibat derivatif Rp 185,3 miliar, utang dengan jaminan Rp 625,4 miliar, serta pembiayaan kendaraan Rp 2,6 miliar.
Dalam kesepakatan perdamaian dengan para kreditur, BTEL akan mulai melakukan pembayaran utang 18 bulan setelah pengesahan homologasi. Kemudian, sebanyak 70% dari total utang akan dibayar dengan Mandatory Convertible Bond - A (MCB-A) yang nantinya bisa dikonversikan menjadi saham baru BTEL pada harga Rp 200 per saham.
MCB-A memiliki jangka waktu 10 tahun. Sementara waktu penukarannya bisa dilakukan 3 bulan setelah rapat umum pemegang saham (RUPS). Saham baru ini setara 50% dari saham perusahaan. Sedangkan 30% sisanya akan dilakukan pembayaran secara bertahap. (
Baca juga: Tiga perusahaan kuasai BTEL)
Transformasi
Selain melakukan restrukturisasi hutang, saat ini perseroan juga terus melakukan berbagai inovasi produk dan layanan diantaranya, mengelola jumlah pelanggan, peluncuran sejumlah starter pack baru yakni "ESIA Ngoceh” untuk Jogyakarta dan Surabaya serta EsiaTalk di Tasikmalaya yang terus menawarkan berbagai keuntungan bagi para pelanggan setia Esia.
BTEL juga mulai memasuki babak baru untuk bertransformasi dari penyelenggara jaringan dan operator jasa telefoni dasar menuju ke penyelenggara jasa telefoni dasar secara kemitraan dengan menggunakan jaringan milik penyelenggara jaringan bergerak seluler.
Selain itu, Esia melalui anak usahanya juga akan mengembangkan bisnis terkait industri telekomunikasi lainnya seperti gerai penjualan peralatan telekomunikasi dan juga layanan over the top (OTT).
“Semua ini merupakan bukti keseriusan kami dalam bertransformasi, kami berharap kedepannya bisnis dan kinerja perseroan dapat berkembang pesat di dunia telekomunikasi Indonesia dengan mengoptimalkan pertumbuhan bisnis dan organisasi, revitalisasi dan efisiensi usaha guna memenuhi permintaan layanan dari pelanggan setia kami,” tutup Abi.(id)